Heri, ZulfanYusran, Andi2015-04-222015-04-222015-04-22Dodyhttp://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/7036Dinamika internasional acap kali melahirkan peristiwa-peristiwa yang jarang diantisipasi sebelumnya, baik oleh kalangan intelektual maupun para pengambil keputusan. Kejadian-kejadiian seperti itu semakin terasa dalam 25 tahun terakhir ini, ketika situasi internasional semakin kompleks dan sukar diraba kemana arahnya akan bergerak. Peristiwa-peristiwa di satu negara di ujung Barat, bisa bergulir dampaknya ke negara-negara belahan Timur. Persoalan-persoalan ekonomi dan sosial politik di Negara negara utara, secara langsung atau tidak, akan terasa denyut nadinya di negara-negara selatan. Semua itu tidak hanya bergerak dalam arena global, tetapi juga bergetar pada masalah-masalah nasional, dan bahkan kepada urusan-urusan lokal. Semuanya bcrgerak begitu cepat, drastis dan seringkali radikal. Sehingga untuk menjawab itu semua, tidak mengherankan bila dalam dunia ilmu pengetahuan kita menyaksikan kebutuhan yang akan reevaluasi, reinterpretasi dan juga pendekatan antar disiplin dari teori-tcori pembangunan yang ada. Ini terjadi baik di kalangan pendekatan liberal maupun tradisi radikal, antar penganut aliran kultural maupun aliran struktural. Dan ini meliputi disiplin disiplin ekonomi, sosial, politik dan budaya. Begitu pula halnya dengan membicarakan fenomena internasional yakni munculnya negara-negara (dibelahan Asia Timur dengan prestasi pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosialnya yang spetakuler. Label yang diterakan kepada mereka adalah, negara-negara industri baru (newly Industrial ting Countries). Keperkasaan Jepang pada dckade 60-an, telah memperlihatkan keherhasilan ekonominya. Menyusul Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapura pada dekade 70-an, yang selanjulnya dikenal dengan sebutan "4 Naga Kecil". Kemunculan empat Macan Asia ini, pada tahun 1970-an dan awal 80-an, harus diakui telah menimbulkan dampak teoritis dan praktis. Secara teoritis, mereka bukan lagi negara-negara yang disebut agraris, miskin dan lemah sebagaimana masa lalu, akan tetapi telah melangkah secara cepat menuju negara-negara industri dengan segala atribut prestasinya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peranan sektor pengolahan yang dominan, penguasaan teknologi, skill, modal dan juga pasar, serta atribut-atribut lainnya yang sejenis telah dimiliki oleh mereka. Sementara itu, prestasi ekonominya juga dibarengi dengan kesejahteraan masyarakatnya secara umum. Penyerapan tenaga kerja, perumahan yang memadai, pendidikan yang baik dan juga fasilitas kesehatan, sandang dan pangan adalah contoh-contoh yang sering diajukan ke depan sebagai lambang keherhasilan mereka. Secara praktis, model Asia Timur ini pada gilirannya telah menjadi obsesi bagi negara-negara berkembang lainnya untuk mengikutinya.Pergeseran Kebijakan Politik Luar NegeriPergeseran Kebijakan Politik Luar Negeri Malaysia Semasa Mahathir Mohammad (1981-1998)UR e-Research