Rustam, Rusli2013-01-082013-01-082013-01-08wahyu sari yenihttp://repository.unri.ac.id:80/handle/123456789/1236Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir ini, pertanaman sayuran di Indonesia diinfansi oleh tiga hama eksotik yang tergolong Genus Liriomyza (Diptera: Agromyzidae). Infansi diawali oleh Liriomyza huidobrensis (Blanchard) sekitar tahun 1994 (Rauf 1995), dan dua tahim kemudian diikuti oleh Liriomyza sativae Blanchard (Rauf al. 2000). Jenis yang ketiga adalah Liriomyza chinensis Kato yang dilaporkan pertama kali di Indonesia tahvm 2000 (Rauf & Shepard 2001). Asal lalat pengorok daun ini adalah Amerika Selatan (Spencer 1973) dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui perdagangan bimga potong dan produk sayuran segar (Rauf 1995). Sekarang liama ini telah menyebar hampir ke seluruh pertanaman sayuran di Indonesia. Pada tahun 2004, L. sativae dilaporican telah menyebabkan kerusakan pada pertanaman sayuran di Pekanbaru, Riau.(Rustam & Laoh 2004). Dalam PHT, pengendalian hayati merupakan taktik pengendalian yang perlu dikedepankan (Mujica dan Cisneros 2000). Untuk hama eksotik, pengendalian hayati yang umum dilakukan adalah dengan cara mendatangkan musuh alami dari negeri asalnya (Johnson 1993). Namun importasi musuh alami dari negeri lain (secara klasik) dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko, yaitu berupa kompetisi dan tergesemya spesies parasitoid asli Indonesia (Murphy dan LaSalle 1999) dan banyak teijadi kegagalan dalam pengendalian hama. Oleh karena itu, upaya pengendalian hayati yang diusulkan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan parasitoid lokal iindigmpus) Indonesia sesuai dengan yang disarankan oleh Murphy dan LaSalle (1999).enPemanfaatan Parasitoid Lokal Hemiptarsenus varicomis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae) Dalam Mengendalikan Hama Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sativae Blanchard Pada Pertanaman Sayuran DataranRendah di Propinsi RiauArticle