7.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2013https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/64512024-03-29T10:47:05Z2024-03-29T10:47:05ZKomparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin PendinginAziz, Azridjalhttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/81832016-04-12T19:00:14Z2016-04-12T00:00:00ZKomparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin
Aziz, Azridjal
Salah satu komponen dasar mesin pendingin yang beroperasi dengan siklus kompresi uap (SKU) adalah alat ekspansi. Kegunaan alat ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan refrigeran cair yang keluar dari kondensor dan mengatur aliran refrigeran tersebut masuk ke evaporator. Alat ekspansi jenis pipa kapiler adalah sebuah pipa panjang dengan diameter yang kecil dan bervariasi antara 1 m hingga 6 m dengan diameter dalam antara 0,5mm sampai 3 mm. Pemilihan panjang dan diameter pipa kapiler tergantung pada daya kompresor yang dipakai, kapasitas pendinginan di evaporator dan jenis refrigeran yang digunakan. sehingga setelah dipilih tidak dapat disetel lagi untuk mengatasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada mesin pendingin. Berbeda dengan pipa kapiler, katup ekspansi termostatik (KET) merupakan alat ekspansi berkendali panas lanjut (superheat), yang digerakkan oleh besarnya gas panas lanjut hisap yang meninggalkan evaporator. Keseimbangan laju aliran pada katup ekspansi termostatik dan kompresor secara praktis dapat disamakan dengan katup apung. Penggunaan KET akan memberikan tekanan dan temperatur kerja yang lebih rendah dibanding pipa kapiler. Artinya penggunaan KET akan memberikan pendinginan yang lebih baik dibanding penggunaan pipa kapiler.
2016-04-12T00:00:00ZSintesis Carbonnanotube dari Limbah Botol Plastik Air Mineral (Polietilen Tereftalat) dengan Katalis Nikel Menggunakan Metode PirolisisWulan, Praswasti PDKSimbolon, Roselinahttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/76132015-10-27T19:09:52Z2015-10-27T00:00:00ZSintesis Carbonnanotube dari Limbah Botol Plastik Air Mineral (Polietilen Tereftalat) dengan Katalis Nikel Menggunakan Metode Pirolisis
Wulan, Praswasti PDK; Simbolon, Roselina
Di Indonesia salah satu sumber terbesar limbah Polyethylene Terephthalate (PET) adalah botol air mineral. Konsumsi air mineral di Indonesia pada tahun 2012 meningkat menjadi 19,88 triliun liter per tahun. Limbah PET merupakan sampah yang tidak dapat terurai secara biologis, sehingga menjadi ancaman kestabilan ekosistem lingkungan. Salah satu cara yang dikembangkan untuk menangani masalah ini adalah teknologi nano. Carbonnanotube (CNT) adalah bahan yang dapat digunakan dalam bidang komposit, elektronik, pertahanan dan filter molekuler. Hambatan utama untuk aplikasi industri terletak pada biaya prekursor. Limbah PET mempunyai kandungan karbon dan hidrogen tinggi serta kandungan energi tinggi sehingga menyajikan alternatif berbeda untuk sumber karbon. Percobaan ini memberikan solusi untuk dua hal yaitu pemanfaatan limbah plastik dan produksi massal material nano karbon.Dalam percobaan ini, PET limbah diubah menjadi gas hidrokarbon. Metode Pirolisis digunakan untuk sintesis CNT. Persiapan nikel sebagai prekursor katalis dilakukan dengan metode dekomposisi urea. Suhu operasi pada sintesis CNT dari limbah PET yang dipilih pada suhu 800oC dan 850oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanokarbon dari limbah PET yang dihasilkan pada suhu 800oC, tekanan 1 atm dan laju alir gas argon 90 ml/ menit adalah spongy carbon nanobeads. Peningkatan suhu operasi menjadi 850oC menunjukkan bahwa nanokarbon yang dihasilkan berbentuk bamboo-shape like CNT dan sedikit CNT terbentuk
2015-10-27T00:00:00ZStudi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat NanasSaidah, AndiWijanarko, Helmihttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/76122015-10-27T19:09:22Z2015-10-27T00:00:00ZStudi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas
Saidah, Andi; Wijanarko, Helmi
Untuk memproduksi komposit berpenguat serat nanas dalam skala besar, efisiensi perlu dipertimbangkan. Pemilihan type pola orientasi serat dan volume yang tepat dapat meningkatkan efisiensi. Pada fraksi berat yang sama, type serat yang panjang dan beranyam (woven) umumnya lebih kuat menahan gaya tarik daripada type serat pendek acak (random), namun type serat pendek acak lebih mudah dalam penyusunan komposit dan tentu saja biaya produksinya lebih murah, untuk itu perlu kiranya pemilihan komposisi serat yang mudah penyusunannya namun lebih besar kekuatan tariknya. Hasil penelitian untuk resin yang diperkuat serat nanas dengan type serat pendek acak dengan fraksi massa 1% mempunyai kekuatan tarik 70% dan modulus elastisitasnya 66% dibawah resin dengan type serat panjang beranyam (woven) dengan fraksi massa 1%, 2% mempunyai kekuatan tarik 71.5% dan modulus elastisitasnya 67.75% dibawah resin dengan type serat panjang beranyam (woven) dengan fraksi massa 1% , untuk serat pendek bentuk acak dengan fraksi massa 3% mempunyai kekuatan tarik 100% sama namun modulus elastisitasnya 82.% dibawah resin dengan type serat panjang beranyam (woven) dengan fraksi massa 1%, dengan perbandingan fraksi massa antara resin serat nanas type randomly discontinuous fibercomposite dengan resin type woven fiber composite untuk kekuatan tarik yang sama dengan 1 : 3.
2015-10-27T00:00:00ZPengaruh Tungsten dan Vanadium terhadap Struktur dan Stabilitas Katalis Oksida Campuran Mo-V-WRahmahwati, Cut Ajahttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/76112015-10-27T19:15:24Z2015-10-27T00:00:00ZPengaruh Tungsten dan Vanadium terhadap Struktur dan Stabilitas Katalis Oksida Campuran Mo-V-W
Rahmahwati, Cut Aja
Banyak katalis yang telah didesign untuk oksidasi acrolein menjadi asam akrilik, namun belum ditemukan sebuah formula yang optimum. Sejumlah katalis dengan formula umum (Mo0,68VxWy)5O14 dimana (0,23<x<0,31) dan (0,01<y<0,09) telah diteliti. Katalis dipersiapkan mulai dari larutan ammonium heptamolybdate, metavanadate dan metatungstate dan kemudian dikeringkan dalam atmosfir udara terbuka. Katalis precursor dikarakterisasi dengan instrumen TG dan DSC yang kemudian dikalsinasi menurut pola yang dihasilkan pada instrumen tersebut. Selanjutnya katalis dikarakterisasi dengan XRD, TPR, SEM/EDX dan BET. Dengan perubahan komposisi vanadium dan tungsten menunjukkan pergeseran yang sangat signifikan pada struktur katalis MoVWOx
2015-10-27T00:00:00Z