9.Seminar Nasional Teknik Sipil 2015
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item A.Daftar Isi Seminar Nasional Teknik Sipil 2015(2016-03-08)Sebagai negara kepulauan, Indonesia tidak lepas dari kebutuhan sarana penghubung antar pulau-pulau, salah satunya adalah jembatan. Jembatan Barelang merupakan jembatan tipe cable stayed yang menghubungkan Pulau Batam–Tonton dengan bentang 642 meter. Jembatan cable stayed merupakan suatu sistem struktur statis tidak tentu berderajat tinggi, dimana gaya– gaya dalam yang bekerja dipengaruhi bersama oleh kekakuan komponen penunjang utama jembatan yaitu sistem–sistem lantai kendaraan (deck, gelagar memanjang, gelagar melintang) serta kabel kabel mutu tinggi dan pylon utamanya. Ada tiga jenis pola penyusunan kabel yang sering digunakan pada jembatan cable stayed yaitu: tipe fan, tipe harp, dan tipe radial. Pada kasus ini dibandingkan tipe fan yang membentuk pola penyusunan kabel yang menyebar dan tipe radial yang penyusunan kabelnya bertumpu di satu titik pada pylon bagian atas. Permodelan pola susunan kabel tipe fan dan tipe radial dalam memikul berat sendiri dan beban gempa dilakukan dengan bantuan software analisa struktur SAP 2000 untuk menghitung displacement dan gaya dalam yang terjadi di titik pylon dan gelagar jembatan. Proses analisis menggunakan model jembatan Barelang. Zona wilayah gempa yang digunakan adalah wilayah Batam lokasi jembatan tersebut berada dengan jenis tanah lunak. Beban gempa yang diinputkan berupa riwayat waktu (time history). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai perpindahan dan gaya dalam pada struktur jembatan tipe fan relatif lebih besar dibandingkan dengan struktur jembatan tipe radial.Item Analisis Perbandingan Perilaku Struktur Jembatan Cable Stayedtipe Fan Dan Tipe Radialakibat Beban Gempa(2016-03-08) Masrilayanti; Yosen, NaviskoSebagai negara kepulauan, Indonesia tidak lepas dari kebutuhan sarana penghubung antar pulau-pulau, salah satunya adalah jembatan. Jembatan Barelang merupakan jembatan tipe cable stayed yang menghubungkan Pulau Batam–Tonton dengan bentang 642 meter. Jembatan cable stayed merupakan suatu sistem struktur statis tidak tentu berderajat tinggi, dimana gaya– gaya dalam yang bekerja dipengaruhi bersama oleh kekakuan komponen penunjang utama jembatan yaitu sistem–sistem lantai kendaraan (deck, gelagar memanjang, gelagar melintang) serta kabel kabel mutu tinggi dan pylon utamanya. Ada tiga jenis pola penyusunan kabel yang sering digunakan pada jembatan cable stayed yaitu: tipe fan, tipe harp, dan tipe radial. Pada kasus ini dibandingkan tipe fan yang membentuk pola penyusunan kabel yang menyebar dan tipe radial yang penyusunan kabelnya bertumpu di satu titik pada pylon bagian atas. Permodelan pola susunan kabel tipe fan dan tipe radial dalam memikul berat sendiri dan beban gempa dilakukan dengan bantuan software analisa struktur SAP 2000 untuk menghitung displacement dan gaya dalam yang terjadi di titik pylon dan gelagar jembatan. Proses analisis menggunakan model jembatan Barelang. Zona wilayah gempa yang digunakan adalah wilayah Batam lokasi jembatan tersebut berada dengan jenis tanah lunak. Beban gempa yang diinputkan berupa riwayat waktu (time history). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai perpindahan dan gaya dalam pada struktur jembatan tipe fan relatif lebih besar dibandingkan dengan struktur jembatan tipe radial.Item Model Fisik Kincir Air Sebagai Pembangkit Listrik(2016-03-08) Rinaldi; Hendri, Andy; Junaidi, AkhiarSalah satu jenis energi baru terbarukan adalah tenaga air skala kecil atau sering disebut dengan mikrohidro atau disebut juga Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan tinggi tertentu dan kecepatan aliran. Energi yang dihasilkan oleh model fisik kincir air merupakan energi terbarukan dapat diukur dengan menggunakan digital torque tester yang dihubungkan dengan sumbu model kincir. Kecepatan putaran yang tinggi belum tentu mempunyai energi yang besar karena apabila diberi sedikit saja beban akan sangat mempengaruhi kecepatan putaran tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan teknologi, material, komponen mekanik, komponen elektronik dan rancang bangun sistem sumber daya energi, sehingga mempunyai dampak strategis untuk perkembangan teknologi dan dapat diterapkan di masyarakat. Pengukuran putaran kincir menggunakan tachometer menghasilkan nilai putaran Radial Per Menit (RPM) yang mempengaruhi nilai energi yang dihasilkan dari kincir tersebut. Model kincir yang digunakan adalah undershot. Dari hasil penelitian diketahui kecepatan putaran kincir tertinggi pada H1h1 (tinggi dasar kincir 1 cm terhadap dasar saluran dan 1 cm tinggi pintu air di hilir saluran) yaitu sebesar 13,76 RPM. Energi tertinggi yang didapat dengan menggunakan alat torque tester pada H1h1 (tinggi dasar kincir 1 cm terhadap dasar saluran dan 1 cm tinggi pintu air di hilir saluran) yaitu sebesar 78,30 cNm atau 0,0002175 watthour.Item Studi Eksperimental Perilaku Sambungan Dengan Alat Sambung Sekrup Pada Elemen Struktur Baja Ringan(2016-03-08) Haris, Sabril; Herman, HazmalPerkembangan teknologi bahan konstruksi saat ini menunjukkan kecenderungan penggunaan material yang semakin efisien sesuai dengan kebutuhan. Salah satunya adalah penggunaan material baja ringan sebagai elemen struktur dalam konstruksi bangunan. Dalam perakitan elemen struktur menjadi satu kesatuan, sistem sambungan pada konstruksi baja ringan mempunyai peranan yang sangat penting. Paper ini membahas hasil studi eksperimental sambungan pada elemen struktur baja ringan dengan menggunakan alat sambung sekrup. Profil baja ringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah profil berbentuk kanal dengan ukuran 75 x 35 mm dengan ketebalan 0,75 mm. Karakteristik material diperoleh melalui uji tarik dengan mengacu kepada Annual Book of ASTM Standars 1991 Section 3. Perilaku sambungan diamati untuk 4 spesimen benda uji yang disambung pada kedua bagian sayap penampang kanal dengan konfigurasi sambungan sejajar satu baris. Dengan menggunakan Universal Testing Machine, beban aksial tarik diberikan secara bertahap kepada spesimen sampai tercapai kondisi ultimate. Dari hasil pengujian terlihat bahwa kegagalan sambungan disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada lubang sambungan sehingga alat sambung sekrup berotasi pada bidang gaya tarik. Pola kegagalan sambungan ini merujuk pada salah satu jenis kegagalan ‘tilting’ yang didefinisikan oleh Peraturan Baja Ringan AS/NZS 4600:2005 dan SNI Baja Canai Dingin 2013. Nilai beban ultimate yang diperoleh dari hasil eksperimental menunjukkan kesesuaian dengan formula analitik yang ada pada peraturan baja ringan dengan rata-rata perbedaan hasil sebesar 7,8 %.Item Tinjauan Kecepatan Kendaran Pada Wilayah Zona Selamat Sekolah (Zoss) Di Kota Padang(2016-03-08) Sari, Nadra Mutiara; Oktaviani; Novia, AliZona Selamat Sekolah (ZoSS) adalah lokasi/wilayah di ruas jalan tertentu yang merupakan zona kecepatan berbasis waktu untuk mengatur kecepatan kendaraan di lingkungan sekolah. Batas kecepatan izin maksimum memasuki ZoSS khususnya di Kota Padang adalah 25 km/jam dan secara garis besar batas kecepatan izin kendaraan yang melewati Zoss di Indonesia umumnya adalah 20-30 km/jam. Secara garis besar kecepatan kendaraan yang melalui lokasi ZoSS lebih tinggi dari kecepatan izin. Untuk memastikan kecepatan rata-rata kendaraan dan menentukan tingkat pelanggaran kendaraan yang melintasi wilayah ZoSS maka diperlukan data primer yang mana sampel diambil secara acak berdasarkan survey lapangan selama 3 hari pada lokasi Sekolah yang memiliki fasilitas ZoSS, yaitu SDN 03-04-13-21 Purus, SDN 10 Aur Duri, SDN 03 Alai. Sebagai pembandingnya adalah sekolah yang tidak memiliki fasilitas ZoSS yaitu SDN 02 Ulak Karang, SDN 01-06-07-08 Pulau Air, dan SD Muhamadiyah 10 Padang. Data diambil pada kondisi sibuk yaitu pukul 06.30-07.30 WIB dan pada pukul 12.00-13.30 WIB. Data yang didapat adalah jarak tempuh dan waktu tempuh kendaraan. Kedua data tersebut dapat menghasilkan nilai kecepatan baik itu kecepatan tiap kendaraan maupun kecepatan rata-rata kendaraan yang melewati wilayah ZoSS. Hasil dari penelitian, kecepatan kendaraan yang melewati wilayah ZoSS tidak sesuai dengan kecepatan izin yaitu 33 km/jam. dengan persentase rata-rata maksimum tingkat pelanggaran pada wilayah ZoSS yaitu 96,5 % pelanggaran, sedangkan kecepatan rata-rata pada wilayah yang tidak memiliki fasilitas ZoSS adalah 29 km/jam. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna kendaraan tidak peduli dengan adanya wilayah ZoSSItem Identifikasi Modal Parameter Struktur(2016-03-08) Putra, Geofrie Azarya; EdiansjahIdentifikasi modal parameter sebuah struktur bisa didapatkan melalui dua tahapan yaitu, pengukuran di lapangan dan analisis data hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan metode analisis modal. Metode analisis modal dikelompokan menjadi dua yaitu, analisis modal pada frequency domain dan analisis modal pada time domain. Salah satu metode analisis modal pada time domain adalah Eigensystem Realization Algotrihm (ERA). Modal parameter struktur yang dapat dicari adalah frekuensi alami, faktor redaman dan mode shape.Penelitian ini akan mengidentifikasi parameter modal struktur dari Jembatan Siti Nurbaya, Padang. Proses identifikasi menggunakan data pengukuran jembatan Siti Nurbaya yang kemudian dicari free response-nya dengan Random Decrement Technique (RDT) lalu dicari modal parameter-nya menggunakan ERA. Metode ERA pada penelitian ini menggunakan Single Input Single Output (SISO). Validasi dari metode RDT-ERA dilakukan dengan mengidentifikasi modal parameter yang berupa frekuensi alami dari benda uji yang berupa pelat tipis kantilever di laboratorium yang kemudian dibandingkan dengan hasil analisis modal dengan Metode Elemen Hingga dan Fast Fourier Transform (FFT).Validasi metode RDT-ERA di laboratorium menghasilkan error di bawah 1% untuk nilai frekuensi alami sedangkan untuk mode shape didapatkan bentuk yang tidak sesuai dengan hasil mode shape pada MEH. Dengan demikian, pada Jembatan Siti Nurbaya digunakan metode RDT-ERA untuk mengidentifikasi frekuensi alami sedangkan untuk mode shape digunakan metode Frequency Response. Analisis data pengukuran jembatan Siti Nurbaya, baik itu frekuensi alami dengan RDT-ERA dan mode shape dengan Frequency Response, menghasilkan nilai yang tidak konsisten. Hal ini diduga akibat data pengukuran lapangan yang tidak dilakukan filtering terlebih dahulu.Item Prediksi Kerusakan Model Tiang Jembatan Beton Bertulang Berdasarkan Mutu Beton Dengan Metode Jaringan Saraf Tiruan(2016-03-08) Suryanita, ReniArtikel ini bertujuan untuk memprediksi kerusakan pada tiang jembatan yang dimodelkan dengan skala model kecil menggunakan metode Jaringan Saraf Tiruan (JST). Model tiang jembatan skala kecil (mini scale) ini dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku struktur jembatan (prototype) dalam bentuk model labroratorium. Prototype jembatan yang dianalisis berupa jembatan 1 bentang berukuran 34 meter, sedangkan model jembatan menggunakan skala 1:34. Skala model ini dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan ruang, bahan material dan alat pengujian di laboratorium. Kinerja struktur jembatan dianalisis dengan metode analisis beban dorong (Pushover Analysis). Tingkat kerusakan yang ditimbulkan berdasarkan standard FEMA 356 dimana level kerusakan dikategorikan kepada Immediate Occupancy (IO), Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP). Arsitektural model Jaringan Saraf Tiruan yang digunakan terdiri dari input berupa mutu beton, gaya geser dan perpindahan. Sedangkan output yang diprediksi adalah tingkat kerusakan. Berdasarkan hasil analisis, kerusakan pada model tiang jembatan dapat diprediksi menggunakan metode JST dengan tingkat kesalahan (Mean Squared Error) sebesar 0.0106 dan nilai regresi (R) untuk proses training dan testing masingmasing sebesar 0.986 dan 0.99. Dengan demikian dapat disimpulkan metode JST dapat digunakan untuk memprediksi kerusakan pada tiang jembatan yang dimodelkan dengan skala laboratorium dengan prediksi mendekati 99 persen nilai yang ditargetkan.Item Alternatif Pemilihan Moda Transportasi Umum (Studi Kasus: Bus Dan Kereta Api Trayek Kota Padangkota Pariaman)(2016-03-08) Oktaviani; Saputra, Andre YudiKeberagaman moda transportasi pada masa ini mengakibatkan kompetisi dalam pemilihan moda, sehingga akan ada moda yang sangat banyak digemari dan digunakan oleh pelaku perjalanan untuk mencapai suatu tempat sedangkan moda lainnya sedikit atau bahkan tak lagi diminati. Dalam kompetisi yang terjadi, maka perlu dilakukan peninjauan terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi pemilihan moda sehingga pihak yang terkait dapat mewujudkan sistem angkutan umum yang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati prilaku pelaku perjalanan yang menggunakan angkutan umum kereta api dan bus trayek Kota Padang ke Kota Pariaman agar diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku perjalanan dalam melakukan pemilihan moda, guna memperoleh suatu model pemilihan moda yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda kereta api dan bus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dihitung dengan menggunakan perhitungan regresi karena bertujuan melihat hubungan variabel respon pilihan pelaku perjalanan (Y) terhadap perubahan atribut selisih biaya perjalanan (X1), waktu perjalanan (X2) dan waktu keberangkatan masing-masing moda (X3). Dari hasil uji statistik yang telah dilakukan, didapatkan persamaan selisih utilitas antara kereta api dan bus adalah sebagai berikut: (UKAUBus) = 0.977 + 0.00.X1 + 0.092.X2 - 0.002.X3. Model pemilihan moda yang digunakan adalah model logit binomial: Probabilitas pemilihan moda Kereta Api: PKA = Probabilitas pemilihan moda bus: PBUS = 1 – PKA = Sehingga didapatkan hasil bahwa probabilitas pemilihan moda kereta api lebih besar dari pada pemilihan moda bus. Perubahan yang dilakukan terhadap biaya perjalanan, waktu perjalanan, dan jarak waktu keberangkatan tidak mempengaruhi, karena masyarakat lebih memilih kereta api sebagai moda untuk mencapai tujuannya.Item Studi Eksperimental Tentang Pengaruh Ukuran Bata Merah Sebagai Dinding Pengisi Terhadap Ketahanan Lateral Struktur Beton Bertulang(2016-03-08) Tanjung, Jafril; MaidiawatiBata merah merupakan bahan bangunan yang umum digunakan sebagai dinding pengisi pada struktur bangunan beton bertulang di negara berkembang dan rawan bencana gempa bumi seperti Indonesia. Harga yang murah, mudah didapat dan mudah dalam proses konstruksi merupakan alasan utama penggunaan bata merah ini. Dalam proses perencanaan yang umum digunakan saat ini, adanya dinding hanya diperlakukan sebagai komponen non-struktur. Akibatnya, dinding direncanakan tidak mempunyai kontribusi dalam ketahanan struktur dalam menerima beban lateral seperti beban gempa. Akan tetapi, hasil observasi lapangan pasca bencana gempa bumi menunjukkan bahwa banyak struktur bangunan dengan bata merah sebagai dinding pengisi dapat bertahan terhadap gempa bumi dibandingkan dengan struktur bangunan tanpa dinding. Dalam makalah ini, hasil serangkaian pengujian laboratorium akan dibahas untuk mengetahui pengaruh adanya dinding pengisi pada struktur beton bertulang. Pengujian laboratorium difokuskan pada pengaruh ukuran bata merah yang digunakan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa adanya dinding pengisi akan menunda terjadinya keruntuhan pada struktur beton bertulang yang dikenai beban lateral. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa ketahanan struktur beton bertulang akan meningkat seiring dengan peningkatan ukuran bata merah yang digunakan. Penggunaan ukuran bata merah yang lebih besar juga akan mereduksi kemungkinan terjadinya keruntuhan dinding dalam arah out of plane.Item Evaluasi Kuat Geser Balok Beton Bertulang Secara Eksperimen Dan Analisis Numerik(2016-03-08) Fadli, Tilka; Maidiawati; Putra, Rio Tri Eko; Desfiana, Fredi; Martinus Pramanata, Sapeai; Agustin, Wydia MacofanyArtikel ini memuat tentang kapasitas geser balok beton bertulang dengan kait sengkang 90º dan 135º berdasarkan hasil uji struktur dan analisis numerik. Untuk pengujian struktur dibuat 2 (dua) buah model balok beton bertulang dengan sengkang bentuk kait 90° dan balok dengan sengkang bentuk kait 135° yang merupakan representative dari balok yang umum dibuat pada bangunan beton bertulang . Pengujian lentur dilakukan pada masing-masing model balok di atas dua tumpuan sederhana dengan dua buah beban terpusat (four pint bending test). Kapasitas geser masing-masing balok diberikan dalam bentuk hubungan antara beban geser dan lendutan. Sebagai hasilnya didapatkan bahwa balok dengan sengkang bentuk kait 90o dan 135o memiliki kekuatan geser yang tidak berbeda secara siknifikan, namun balok yang memiliki sengkang kait 135o memiliki daktilitas yang lebih tinggi dari balok dengan sengkang kait 90o. Kapasitas geser balok diverifikasi melalui hasil analisis numerik dengan yang mendapatkan kekuatan geser dan daktilitas balok hasil analisis numerik yang cukup dekat dengan hasil pengujian struktur.Item Evaluasi Kerentanan Bangunan Gedung Terhadap Gempa Bumi Dengan Rapid Visual Screening (Rvs) Berdasarkan Fema 154(2016-03-08) Kurniawandy, Alex; Hendri, Andy; Firdaus, RahmatulGempa adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik. Ketika terjadi gempa, struktur akan mengalami perpindahan secara vertikal dan horizontal. Gaya gempa arah vertikal jarang mengakibatkan keruntuhan struktur, namun gaya gempa arah horizontal akan menyebabkan keruntuhan karena gaya ini bekerja pada titik–titik lemah struktur. Rapid Visual Screening (RVS) adalah metode identifikasi suatu bangunan secara cepat tanpa harus menganalisa bangunan dengan menggunakan software. Untuk mengidentifikasi tingkat risiko suatu bangunan terhadap ancaman gempa bumi, bisa dilakukan dengan RVS pada tahap permulaannya. Kemudian hasil dari RVS bisa menentukan apakah gedung yang di evaluasi tersebut berisiko atau tidak, kalau berersiko maka akan dilanjutkan ke evaluasi FEMA berikutnya. Gedung yang mempunyai tidak mempunyai resiko yaitu gedung Rusunawa dan Rektorat Universitas Riau (UR), sedangkan gedung yang harus dilanjutkan untuk dievaluasi dengan FEMA lanjutan adalah gedung Faklutas Pertanian (FAPERTA) UR. Gedung FAPERTA UR dikatagorikan beresiko karena gedung FAPERTA UR memiliki komponen FEMA 154 yang menjadi faktor pengurang dari nilai basic score, seperti vertical irregularity, plan irregularity dan tipe tanah.Item Pengelolaan Sumber Daya Air Pada Lahan Gambut Yang Berkelanjutan(2016-03-07) Napitupulu, Sondang M; Mudiantoro, BagusLahan gambut di Indonesia mencapai 20,6 juta ha. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, terbatasnya lahan mendorong terjadinya alih fungsi lahan gambut menjadi lahan pertanian, industri kertas, pengembangan bioenergi serta permukiman.Lahan gambut memiliki fungsi strategis, seperti fungsi hidrologis, penambat (sequester) karbon dan biodiversitas.Dampak penggunaan lahan gambutdapat berupa subsiden, meningkatnya kebakaran dan emisi gas rumah kaca. Lahan gambut menyimpan C jauh lebih tinggi dibanding tanah mineral.Di daerah tropis C yang disimpan tanah dan tanaman pada lahan gambut besarnya 10 kali C yang disimpan oleh tanah dan tanaman pada tanah mineral.Pengelolaan sumber daya air pada lahan gambut sangat penting, selain untuk penyerapan C, air pada lahan gambut berfungsi sebagai sumber air tawar (mencapai 8-13 kali volume gambut itu sendiri). Air faktor penting dalam proses pembentukan kubah gambut; dan drainase (walaupun tidak selalu) menjadi penyebab terjadinya subsidensi permukaan tanah. Disamping itu, gambut menjadi sangat rapuh setelah mengering (fragile) dan mudah terbakar, sehingga pengelolaan air di lahan gambut sangat penting.Pemanfaatan lahan gambut menimbulkan dampak positif dan negatif, yaitu memberikan keuntungan ekonomi, tetapi menimbulkan penyusutan keaneka ragaman hayati, kerusakan tata air, dan peningkatan emisi CO2.Pengelolaan lahan gambutharus mempertimbangkan aspek ekonomi,sosial dan lingkungan agar sumber daya alamdan lingkungannya berkesinambungan.Penggunaan lahan gambut menjadi budi daya seharusnya dilakukan pada lahan yang telah rusak(kedalaman <1m).Pembukaan lahan baru yang masih berbentuk hutan harus dilarang, karena sebaik apapun sistem yang digunakan akan tetap menimbulkan kerusakan pada lahan gambut serta lingkungan sekitarnya.Konsep pengelolaan berkelanjutan pada lahan gambut sebenarnya bukan merupakan istilah tepat, karena lahan gambut bersifat labil terutama karena adanya penurunan permukaan tanah (subsident) yang disebabkan oleh pemadatan (consolidation), tidak porous dan mengeluarka emisi CO2 selama proses penggunaan lahan pertanian dan perkebunan.Ditinjau dari aspek sosial dan perekonomian rakyat, sebaiknya pengelolaan lahan gambut melibatkan penduduk setempat dimana penduduk ikut memiliki hak pengelolaan (dengan luasan yang cukup untuk memberikan penghasiltan yang baik) sebagai mitra dibawah Perusahaan Inti sebagaipengelola perkebunan dan industri pengolahan hasil kebun. Perusahaan inti berkewajiban membangun infrastruktur pendukung yang ramah lingkungan, meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola lahan, membeli hasil kebun dengan harga yang wajar, serta menyediakan fasilitas penunjang lainnya (fasos dan fasum) serta meningkatkan pengetahuan dan awareness penduduk pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan agar usaha bersama mereka dapat sinambung hingga generasi yang mendatang.Item Perbandingan Berat Kuda-Kuda (Rangka) Baja Jenis Rangka Howe Dengan Rangka Pratt(2016-03-07) Azhari; AlfianBatang-batang suatu konstruksi rangka atap dapat disusun dengan berbagai cara sehingga dikenal berbagai jenis rangka batang. Di antara jenis rangka yang umum dipakai sebagai kudakuda atap adalah rangka Howe dan rangka Pratt. Mengingat faktor ekonomi merupakan salah satu pertimbangan utama dalam menentukan suatu pilihan, maka dalam hal ini perlu dihitung mana yang paling ekonomis (murah) dari kedua jenis rangka tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rangka atap yang paling ringan antara rangka Howe dengan rangka Pratt, dimana umumnya pada konstruksi baja dengan mutu dan tingkat kesulitan yang sama, konstruksi yang lebih ringanlah yang lebih murah. Tahapan perencanaan diawali dengan menetapkan parameter-parameter yang sama terhadap kedua jenis rangka berdasarkan hal-hal yang umum diterapkan dan mengacu pada literatur-literatur terkait. Kemudian dihitung beban, gaya batang, hingga pendimensian profil yang aman. Tahap terakhir dihitung berat total profil batang dari masing-masing rangka batang. Hasil perencanaan ini menunjukkan bahwa rangka Howe lebih ringan 20.7% dari rangka Pratt.Item Kajian Potensi Limbah Kayu Industri Saw Mill Untuk Produk Panel Ringan Berongga Berbasis Teknologi Laminasi(2016-03-07) Fakhri; Yohanes; Riyawan, EkoKelangkaan bahan baku kayu saat ini telah berimplikasi terhadap harga kayu komerial yang semakin mahal, disisi lain, kebutuhan masyarakat akan kayu olahan semakin meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Salah satu teknologi untuk mengoptimalkan sisa kayu gergajian yang berupa sisa potongan kayu sebagai produk papan blok (block board) yang lapisan inti (core) berongga. Bahan panel blok berongga sangat menguntungkan diaplikasikan sebagai komponen bangunan agar supaya mengurangi bobot berat sendiri elemen konstruksi, pemanfaatan bahan kayu sisa gergajian diharapkan akan dapat mengoptimalkan limbah kayu serta dapat mengurangi biaya produksi. hasil penelitian akan diperoleh efisiensi produksi dari segi biaya bahan baku serta optimalisasi pemanfaatan limbah kayu gergajian pada industri saw mill. Metode Penelitian terdiri dari survey potensi sisa kayu olahan saw mill, dan uji laboratorium meliputi uji sifat fisik dan mekanik produk panel standar SNI uji lentur statik kayu struktural. Hasil pengujian dibandingkan dengan berbagai spesifikasi teknis produk pembanding: produk panel yakni papan partikel (Standar JIS A5908-2003); komposit kayu plastik (WPC) Standar SNI 8154:2015; dan produk kayu lapis (plywood) standarSNI 01- 5008.7-1999. Hasil penelitian diperoleh Potensi limbah sisa olahan saw mill yang memproduksi palet kayu sangat potensial untuk diolah kembali menjadi produk bernilai ekonomis (dapat mencapai 20 M3 sisa potongan papan/balok kayu pendek tiap bulan. Perbandingan hasil panel ringan berongga yang dihasilkan lebih tinggi dari kuat lentur produk papan partikel dan WPC, namun lebih rendah dari kuat lentur produk kayu lapis. Kuat lentur panel ringan berongga berdasarkan kriteria PKKI 1961 termasuk kategori kelas kuat III untuk panel bentuk susunan batu bata, sedangkan untuk panel bentuk susunan segi tiga berada pada kisaran kayu kelas kuat III dan IV. Produk panel ringan berongga dapat menjadi bahan alternatif kayu panel dan kayu solid.Item Studi Paramterik Perkerasan Jalan Beton Sistem Pelat Terpaku Pada Tanah Dasar Lunak(2016-03-07) Puri, AnasTheapplications of chiken foot foundation (sistem cakar ayam) are shown successfully on run way, taxi way, and apron of airport and gave services more than 30 years. This system is also shown the satisfy performance for high way construction. One of developing of this system was changing the concrete cylindrical foundation by galvanized cylindrical steel and it is named modified chiken foot foundation (CAM). Hardiyatmo (2008) proposed Nailed-slab System for more practical application by changing the cylindrical foundation by concrete pile foundation. Based on model tests and analysis, the Nailed-slab is promising for application. This research is aimed to learn the behavior of Nailed-slab by conducting parametric study. This study was using the full scale test results of chiken foot foundation in Waru, East Java. Results show that the performance of Nailed-slab system (4 × 4 piles and 5 × 5 piles)with similar slab width with CAM was better than CAM performance. Slab deflections of Nailedslab tend to be lower than CAM. Similar behaviorswere for moment of slab. Additional of pile length and decreasing the pile spacing can increase the performance which indicated by decreasing the deflections.Item Analisis Metode Intensitas Hujan Pada Stasiun Hujan Pasar Kampar Kabupaten Kampar(2016-03-07) Hendri, AndyBesarnya intensitas curah hujan ini sangat diperlukan untuk melakukan perhitungan debit banjir berdasarkan durasi metode rasional, yang mana tergantung dari lamanya suatu kejadian hujan. Nilai intensitas hujan yang sangat tinggi akan mempunyai efek samping yang sangat besar juga, misalnya akan berdampak terjadinya kelongsoran dan banjir. Analisis intensitas hujan untuk curah hujan jam-jaman di suatu DPS dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain metode Talbot, Sherman dan Ishiguro, sedangkan untuk data hujan harian intensitasnya dapat dihitung dengan menggunakan metode Metode Van Breen, Metode Bell- Tanimoto, Metode Hasper der Weduwen, dan Metode Mononobe. Penelitian ini dilakukan di stasiun hujan Pasar Kampar. Hasil pengukuran intensitas hujan dari alat pengukur otomatis di stasiun tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Mononobe, Van Breen, Haspers Weduwen dan Bell Tanimoto. Uji perbandingannya dengan uji peak-weighted root mean square error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan data curah hujan stasiun Pasar Kampar adalah metode Van Breen. Karena memiliki rata-rata error yang lebih kecil dibanding ketiga metode lainnya.Item Model Hidrologi Untuk Analisis Banjir Berbasis Data Satelit(2016-03-07) Handayani, Yohanna Lilis; Sutikno, Sigit; Fitriani; Kurnia, ArianiPenelitian ini mengaplikasikan metode penggunaan data yang bersumber dari satelit untuk analisis banjir. Ditinjau dari sisi permasalahan ketersediaan data yang sangat terbatas di sebagian besar daerah di Indonesia, metode ini mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan, karena sebagian besar data bersumber dari satelit. Data-data tersebut diantaranya adalah data hujan, peta topografi, tata guna lahan, jenis tanah, sungai, dan lain sebagainya. Metode pengambilan dan pengolahan data satelit dilakukan dengan menggunakan alat bantu software IFAS (Integrated Flood Analysis System). IFAS merupakan program (software) yang bisa digunakan untuk pemodelan hidrologi yang dikembangkan oleh International Centre for Water Hazard and Risk Management (ICHARM), Jepang. Program IFAS menggunakan model tangki yang dimodifikasi sebagai dasar pemodelannya, yang disebut PWRI Distributed Model. Parameter-parameter hidrologi pada model tersebut dapat dikalibrasi untuk memperoleh hasil simulasi yang mendekati keadaan sebenarnya. Hasil simulasi model dievaluasi ketelitiannya dengan data terukur dengan menggunakan indikator volume error, wave shape error, dan peak discharge error. Penelitian ini mengambil studi kasus di DAS Rokan dengan stasiun AWLR Lubuk Bendahara dan stasiun AWLR Pasir Pangaraian yang terletak di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Data-data satelit yang dipakai untuk pemodelan adalah data pada Tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemodelan hidrologi dengan menggunakan data satelit bisa digunakan sebagai alternatif untuk analisis dan prediksi banjir di lokasi studi. Hasil prediksi debit banjir menunjukkan kesesuaian yang cukup bagus dalam hal besaran debit banjir maupun durasi kejadian banjir, dengan wave shape error, volume error, dan peak discharge error masing-masing untuk stasiun AWLR Lubuk Bendahara adalah 9.58%, 17.28%, dan 10.81, sedangkan untuk stasiun AWLR Pasir Pangaraian 0.005 %, 8.603 %, dan 5.872%. Penelitian lanjutan masih berlangsung dengan memasukan koreksi data hujan satelit untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.Item Evaluasi Respons Struktur Gedung Bertingkat Tinggi Eksisting Menggunakan Peraturan Kegempaan Sni 03-1726-2012(2016-03-07) Apriani, Widya; Rahim, Sjahril APada umumnya bangunan yang ada di Indonesia telah dibangun dengan acuan pedoman SNI 1726-1989-F dan SNI 03-1726-2002.Peraturan tersebut belum menerapkan konsep perencanaan bangunan tahan gempa secara eksplisit.Berkaitan dengan hal tersebut, dalam upaya memitigasi kerusakan akibat beban gempa maka telah diterbitkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung yaitu SNI 03-1726-2012. Bangunan yang telah ada boleh jadi tidak memenuhi standar baru.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respons gedung bertingkat (Gedung X) terhadap beban gempa. Gedung X dievaluasi menurut gaya geser dasar dan kekakuan struktur.Hal-hal tersebut diteliti dengan membandingkan antara struktur eksisting dengan struktur yang baru.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika dilakukan analisa statik nonlinier (pushover analysis), struktur eksisting tidak memiliki kekuatan dan kekauan yang cukup dalam menahan beban gempa nominal akibat gempa rencana sesuai dengan SNI 03-1726-2012.Item Analisis Eksperimen Lentur Kolom Bataton Pracetak Akibat Beban Aksial Eksentris(2016-03-07) IsmeddiyantoTujuan penelitian ini adalah melakukan analisis secara eksperimental terhadap perilaku lentur kolom dengan bekisting bataton pracetak. Dalam penelitian ini diuji 4 buah kolom bataton dan 1 buah kolom kontrol masing-masing berpenampang persegi, dengan ukuran tinggi 290 mm, lebar 290 mm dan panjang 1800 mm. Penulangan benda uji kolom tersebut adalah 8P12 untuk tulangan longitudinal dengan sengkang P8-75. Mutu beton cast in place adalah fc’=23,55 MPa. Pengujian dilakukan dengan pemberian gaya tekan aksial eksentris yang besarnya 50 mm, 100 mm, 150 mm dan 200 mm pada kolom bataton. Satu buah kolom kontrol diberikan diberikan gaya eksentris sebesar 200mm. Pengujian dilakukan secara eksperimen dan dilakukan pula perhitungan analitis sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada eksentrisitas beban yang sama, beban aksial maksimum kolom bataton 2,50 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. Sedangkan momen maksimum kolom bataton 2,44 kali lebih kecil daripada kolom beton referensi. Kekakuan rata-rata kolom bataton adalah 42,33. Pada eksentrisitas beban yang sama, kekakuan kolom bataton 12,68% lebih besar daripada kolom beton referensi. Daktilitas rata-rata kolom bataton adalah 1,47. Pada eksentrisitas beban yang sama, daktilitas kolom bataton 12,12% lebih besar daripada kolom beton referensi.Item Pengaruh Kemiringan Pondasi Tiang Terhadap Daya Dukung Tiang Tunggal Akibat Beban Vertikal(2016-03-07) Suryadi, Rudy; Nugroho, Soewignjo AgusPondasi tiang adalah suatu konstruksi sebagai penopang bangunan. Dalam beberapa konstruksi, pondasi tiang sengaja dimiringkan untuk menahan beban lateral yang cukup besar. Kecenderungan tiang miring dalam menopang beban vertikal juga perlu diperhatikan. Kajian berupa eksperimental laboratorium dilakukan dengan membuat model pondasi tiang diameter 2 cm. Model pondasi tiang dimiringkan sebesar ±0o, ±15o, dan ±30o. Kemudian dilakukan uji pembebanan pada masing-masing model pondasi tiang, dan dilakukan interpretasi data hasil uji dengan metode grafik p-y, Mazurkiewicz, dan Chin, serta membandingkan dengan hasil analisa formula empirik. Hasil pengujian dengan menggunakan interpretasi metode grafik p-y menunjukkan adanya kecenderungan berkurangnya daya dukung seiring bertambahnya kemiringan model pondasi tiang. Analisa dengan formula empirik juga menunjukkan bentuk kecenderungan yang sama. Namun pada metode Mazurkiewicz dan Chin tidak menunjukkan kecenderungan yang sama dengan analisa menggunakan formula empirik.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »