LRP-Lecturer Research Report
Permanent URI for this community
Browse
Browsing LRP-Lecturer Research Report by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 736
Results Per Page
Sort Options
Item Potensi Ekstrak, Hidrolisat dan Isolat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Mellitus(2012-10-24) Karnila, RahmanTeripang pasir (Holothuria scabra J) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena dapat dimanfaatkan sebagai biofarmaka dan sebagai makanan kesehatan, serta sebagai bahan baku berbagai industri. Hasil penelitian menujukkan teripang memiliki kandungan protein tinggi yaitu 55-65% (kondisi kering) dan asam amino yang lengkap. Diduga kandungan protein dengan asam amino yang lengkap ini dapat dimanfaatkan untuk membantu mencegah penyakit diabetes mellitus (DM) terutama sebagai penstimulasi sekresi insulin oleh sel beta pankreas sehingga akan menurunkan kadar glukosa darah penderita DM. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan jenis asam amino pada protein teripang yang berperan sebagai stimulator sekresi insulin oleh sel beta pankreas tikus model dan DM. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui komposisi kimia daging teripang, (2) Mendapatkan ekstrak, hidrolisat, dan isolat protein teripang serta kandungan kimianya meliputi protein, kadar asam amino bebas, jenis asam amino total dan bebas penyusun protein teripang, dan (3) Menentukan dosis ekstrak, hidrolisat dan isolat yang bersifat hipoglikemik pada tikus dalam keadaan hiperglikemik sesaat. Penelitian ini dilakukan selama 2 (dua) tahun dengan 5 (lima) tahap yaitu: (1) Persiapan dan analisis kimia (proksimat) daging teripang, (2) Pembuatan dan analisis asam amino penyusun protein pada ekstrak, hidrolisat dan isolat, dan (3) Uji efek hipoglikemik ekstrak, hidrolisat dan isolat pada tikus coba. Hasil penelitian menunjukkan proporsi antara bagian tubuh daging: jeroan dan gonad: kulit: air dan kotoran adalah 4:3:2:1 (b/b). Proksimat kandungan nutrisi daging teripang adalah protein (9,94%bb), kadar lemak (0,54%bb), kadar abu (1,86%bb), kadar air (87,03%), dan karbohydrat (0,64% by different). Sedangkan proksimat tepung daging teripang adalah protein (61,31%), kadar lemak (3,68%), kadar abu (12,52%), kadar air (9,13%), dan karbohydrat (0,64% by different) dengan rendemen sebesar 10,16%. Proses ekstraksi untuk mendapatkan konsentrat protein diperoleh dengan rendemen sebesar 9,87%, pembuatan hidrolisat dengan rendemen 48,33-53,67%, sedangkan isolat dengan rendemen rata-rata 8,32%. Kandungan asam amino total pada konsentrat, hidrolisat dan isolat didominasi oleh asam amino prolin dan asam glutamat, yaitu 5,17 dan 3,23% untuk konsentrat, 7,45 dan 6,03% untuk hidrolisat, serta 6,33 dan 5,80 utuk isolat protein daging teripang. Hasil uji daya hambat enzim α- glukosidase menunjukkan hidrolisat protein teripang mempunyai aktivitas daya hambat tertinggi terhadap enzim α-glukosidase yaitu 86,25% pada konsentrasi 500 ppm, 74,14% (300 ppm), dan 71,74% (100 ppm). Isolat protein teripang 73,24% pada konsentrasi 500 ppm, 66,52% (300 ppm), dan 58,15% (100 ppm). Sedangkan konsentrat protein teripang 59,19% pada konsentrasi 500 ppm, 52,02% (300 ppm) dan 46,34% (100 ppm). Hasil uji aktifitas hipoglikemik memperlihatkan hidrolisat protein daging teripang dengan dosis 300 mg/kg bb, sudah memperlihatkan daya hipoglikemiknya pada menit ke-30 dengan kadar gula darah 98,2 mg/dl. Untuk isolat baru memperlihatkan daya hipoglikemiknya pada menit ke-90 denga kadar glukosa darah tikus 95,2 mg/dl. Sedangkan konsentrat dengan dosis 300 mg/kg bb, memperlihatkan daya hipoglikemiknya pada menit ke-90 dengan kadar glukosa darah tikus 89,3 mg/dl. Oleh karena itu dosis 300 mg/kg bb baik untuk hidrolisat, isolat dan konsentrat merupakan perlakuan terbaik pada uji hipoglikemik.Item Smart Anemometer berbasis PTC-Sensor Untuk Mengukur Kecepatan dan Sudut Vektor Aliran Udara(2012-10-24) Umar, Lazuardi; DefriantoPenelitian pada tahap pertama ini (2011) telah mengembangkan suatu anemometer berbasis sensor suhu positive temperature coefficient (PTCthermistor) untuk mengukur kecepatan udara (airflow) yang diatur pada konfigurasi tunggal dan dipergunakan untuk mengukur sudut vektor arah aliran udara mempergunakan konfigurasi tiga elemen sensor identik membentuk sudut tertentu dalam medan aliran udara asimetris. Sensor suhu PTC merespon perubahan kondisi pendinginan eksternal akibat aliran udara yang akan menggeser kurva karakteristik arus dan tegangan (I-U) characteristic, dan juga tahanan termalnya RW sebagai fungsi kecepatan fluida. Tahanan termal ditentukan oleh pemodelan kurva sensor I(U) pada kondisi tertentu seperti ketika v = 0 m/s, dan mengoreksi data pengukuran pada saat v ≠ 0 m/s. Hasil pengamatan sensor pada beberapa kecepatan rendah pada suhu 23°C berkisar antara 0 to 3,5m/s memberikan variasi tahanan termal RW dari 350 K/W ke 143,5 K/W berturut-turut dengan kesalahan relative pemodelan sebesar 1,3%. Selama pengoperasian, semua parameter sensor yang berubah dengan waktu dimonitoring dan dikalibrasi ulang berdasarkan model ini. Disamping itu akan dikembangkan sifat smart dimana sensor dapat memonitor (self-monitoring) penurunan kemampuan mendeteksinya akibat terbentuknya deposit pada permukaan elemen melalui eksperimen simulasi pengkerakan. Untuk memastikan sensor bekerja dengan baik dalam waktu yang lama (long time stability) maka diperlukan telah diamati perubahan parameter model sensor sebagai fungsi dari waktu (ageing) sehingga dapat diperkirakan lama operasi sebelum mengalami kerusakan (mean time before failure). Kedua prosedur ini menghasilkan model matematis yang memberikan input untuk algoritma deteksi dalam memberikan keputusan; sensor harus dibersihkan atau diganti. Untuk meningkatkan kehandalan sistem pengukuran maka hasil penelitian ini akan diimplementasikan dengan mikrokontroler dari keluarga mikrokontroler AT Mega 8535 untuk penelitian selanjutnya pada tahun 2012. Penggunaan mikrokontroler yang dilengkapi algoritma pengolahan sinyal akan memungkinkan suplai arus dan tegangan terkontrol ke sensor, akuisisi data perubahan arus dan tegangan sensor mempergunakan ADC built-in dan komunikasi data ke PC melalui serial bus RS232. Dari prosedur pengolahan data akan ditentukan kecepatan dan arah udara. Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh suatu prototipe smart anemometer sensor yang handal, kompak dan biaya rendah berbasis mikrokontroler, yang dapat dipergunakan untuk mengukur kecepatan dan sudut vektor aliran udara. Sebagai tambahan, penggunaan mikroprosesor berbiaya rendah akan meningkatkan linearitas dan kemampuan interchangeability sensor dalam proses kalibrasi.Item Catalytic Slurry Cracking Cangkang Sawit Menjadi Crude Biofuel Dengan Katalis Ni/ZSM-5 Dan NiMo/ZSM-5(2012-10-24) Sunarno; Bahri, Syaiful; Setia, Utama PancaZSM-5 merupakan zeolit sintetis yang banyak digunakan dalam industri terutama sebagai katalis. ZSM-5 ini dapat disintesis dari campuran silika dan alumina dengan komposisi dan kondisi operasi tertentu. Untuk meningkatkan aktivitas dan selektivitas katalis ZSM-5 perlu dimodifikasi menjadi Ni/ZSM-5 dan NiMo/ZSM-5. Tujuan penelitian adalah mensintesis Ni/ZSM5 dengan variabel suhu kalsinasi (400,500 dan 6000C) Si/Al(20, 25,30) dan mensintesis NiMo/ZSM-5 dengan variabel waktu kalsinasi (2,4 ,6 jam). Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan bahan baku, produksi ZSM-5, sintesis Ni/ZSM-5 dan NiMo/ZSM-5, analisis produk. Persiapan bahan baku meliputi produksi silika terpresipitasi dan pembuatan natrium aluminat. Produksi silika terpresipitasi dibuat dengan mencampur abu sawit dengan larutan NaOH pada suhu 105C, diaduk selama 4 jam. Setelah kondisi dingin dilakukan penyaringan . Filtrat ditambahkan HCl pekat sampai membentu gel dan dioven. Silika terpresipitasi ini dianalisa kadar silikanya yaitu 84,7%. Pembuatan natrium aluminat dilakukan dengan mencampur Al(OH)3 dan larutan NaOH. Endapan yang terbentuk dioven. Produksi ZSM – 5 dilakukan dengan melarutkan natrium aluminat dengan aquadest (suspensi 1). Silika terpresipitasi dicampur dengan aquadest (suspensi 2). Suspensi 1 dicampur dengan suspensi 2 (suspensi 3). Suspensi 3 ditambahkan NaOH sehingga diperoleh nisbah Na2O/Al2O3 7,4, diaduk selama 30 menit dan dimasukkan dalam autoclaf pada temperatur 1750C dan waktu 18 jam. Padatan yang terbentuk dicuci dengan aquadest dan dioven pada 110oC selama 6 jam. Sintesis Ni/ZSM dengan impregnasi nikel nitrat dengan ZSM-5 pada suhu 900C selama 6 jam. Selanjutnya dikalsinasi selama 4 jam pada suhu(400,500 dan 600) dilanjutkan oksidasi dan reduksi. Sedangkan sintesis NiMo/ZSM- 5 dilakukan dengan impregnasi senyawa molibdat dan nikel kedalam ZSM-5. Hasil impregnasi, padatan seterusnya dikalsinasi pada suhu 5000C dan waktu kalsinasi (2,4 dan 6 jam) dilanjutkan oksidasi dan reduksi. Produk dianalisis dengan BET dan diuji 4 kinerjanya pada pirolisis cangkang sawit. Pada sintesis Ni/ZSM-5 diperoleh luas permukaan terbesar pada suhu kalsinasi 5000C dengan luas permukaan 67,874 m2/g dan hasil uji kinerja diperoleh yield crude biofuel sebesar 42%. Pada sintesis NiMo/ZSM-5 diperoleh luas permukaan terbesar pada waktu kalsinasi 4 jam dengan luas permukaan 42,26 m2/g dan hasil uji kinerja diperoleh yield crude biofuel sebesar 55,2 %.Item Fabrikasi Superkapasitor dengan Sifat-sifat Kapasitif Tinggi Melalui Peningkatan Antarmuka Piranti Menggunakan Nanopartikel Logam(2012-10-24) Iwantono; Umar, Akrajas Ali; Taer, ErmanDalam penelitian tahun pertama ini, telah berhasil dilakukan penumbuhan dan karakterisasi nanopartikel logam (Platinum, Palladium dan Emas) di atas permukaan pengumpul arus stainless steel 316L. Nanopartikel metal ini berfungsi sebagai antar muka (interface) antara pengumpul arus dan electrode sel superkapasitor. Untuk mendapatkan kondisi optimum, penumbuhan nanopartikel metal tersebut dilakukan dengan memvariasikan jenis dan jumlah surfaktan, konsentrasi ascorbic acid, CTAB, larutan penumbuhan, waktu penumbuhan dan metode penumbuhan. Karakterisasi nanopartikel metal ini dilakukan dengan menggunakan metode SEM, EDAX dan XRD. Dari hasil riset dan kajian yang telah dilakukan, maka diperoleh kondisi penumbuhan nanopartikel metal dengan karakteristiknya adalah sebagai berikut ini. Nanopartikel platinum dengan kondisi penumbuhan optimum (metode multisteps growth, konsentrasi ascorbic acid 0,2 M; konsentrasi larutan penumbuh (K2PtCl4) 1 mL dan waktu penumbuhan berulang 5 jam + 5 jam) memiliki karaktertistik sebagai berikut: bentuk partikelnya bulat (spherical), densitas tinggi, tumbuh merata di atas permukaan stainless steel dan uniform, dengan ukuran partikel rata-rata adalah 24,6 – 26,8 nm). Sedangkan nanopartikel palladium optimum yang tumbuh pada stainless steel current collector diperoleh dengan kondisi penumbuhan sebagai berikut: penumbuhan didahului proses mediasi /pembenihan (seed-mediated process), konsentrasi ascorbic acid 0,3M; konsentrasi CTAB 0,1 mL; waktu penumbuhan selama 5 jam. Hasil nanopartikel palladium yang tumbuh di atas current collector stainless steel adalah: nanopartikel tumbuh cukup merata di permukaan stainless steel, berbentuk bulat (spherical), densitas tinggi, uniform dengan ukuran partikel rata-rata antara 16,7 – 24,6 nm. Kehadiran/tumbuhnya nanopartikel platinum dan palladium dibuktikan dengan hasil karakterisasi XRD dan EDAX. Unsur platinum yang muncul pada sampel cukup dominan, dengan prosentase lebih dari 80% berat keseluruhan unsur pada sampel. Penumbuhan nanopartikel emas dilakukan dengan menggunakan metode seed-mediated growth (mediasi pembenihan), dengan memberi perlakuan variasi konsentrasi HCl, CTAB, ascorbic acid, AgNO3 dan variasi waktu penumbuhan. Kondisi optimum penumbuhan nanopartikel emas adalah konsentrasi larutan 0,5 ml HAuCl4 0,01M; 0,15 ml HCl; 0,3 ml ascorbic acid 0,1M; 20 ml CTAB 0,1M dan 0,1 ml AgNO3 10 μM. Nanopartikel emas yang tumbuh berbentuk nanorods yang memiliki struktur FCC dengan bidang Kristal (111) dan (200) yang terjadi pada sudut 38,185° dan 44,393°. Nilai aspek ratio dari nanorod emas ini adalah 1,7 – 14,3. Namun demikian, nanrods emas yang tumbuh memiliki densitas yang belum optimal tapi ketika waktu penumbuhan lebih dari 2 jam, densitas nya meningkat. Untuk meningkatkan densitas nanopartikel emas, maka penumbuhan melibatkan 2 macam surfaktan, yaitu CTAB dan HMT. Nanopartikel emas yang terbentuk berbentuk rice-shape (bentuk biji beras) dengan struktur FCC dengan densitas yang jauh lebih besar dan seragam. Sifat-sifat kapasitif piranti (energy dan daya) superkapasitor yang dihasilkan setelah penambahan antarmuka nanopartilek logam antara pengumpul arus dan elektroda karbon akan ditinjau secara mendalam pada penelitian tahun kedua. Pengujian sifat kapasitif superkapasitor dilakukan dengan teknik, impedant spektroskopi, cas-discas pada arus konstan dan cyclic voltametri.Item Kajian Eksperimental Pengaruh Dinding Bata Tanpa Tulangan (URM) Dan Dinding Bata Bertulang (RM) Terhadap Perilaku Portal Beton Bertulang Akibat Beban Gempa(2012-10-24) Zulfikar, Djauhari; RidwanDinding bata sering digunakan sebagai partisi pemisah di bagian dalam atau penutup luar bangunan pada struktur portal beton bertulang maupun struktur portal baja, khususnya untuk bangunan rendah dan bertingkat sedang. Dinding pengisi tersebut dipasang apabila struktur utama selesai dikerjakan, yang pelaksanaannya bersamaan dengan pelaksanaan finishing bangunan. Oleh sebab itu, dalam perencanaannya dianggap sebagai komponen non-struktur, bahkan keberadaannya tidak menjadi permasalahan dalam pemodelan struktur asalkan intensitas beban yang timbul sudah diantisipasi terlebih dahulu (misal, dianggap sebagai beban merata). Akan tetapi riset-riset terkini menunjukkan bahwa meskipun dikategorikan sebagai komponen non-struktur tetapi mempunyai kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila ada beban horizontal (akibat gempa). Interaksi yang timbul kadang menguntungkan kadang merugikan bagi kinerja portal utamanya dan hal tersebut menjadi perdebatan yang cukup lama. Kadang kala struktur portal terbuka yang direncanakan dapat berperilaku sebagai portal daktail saat gempa, akibat adanya dinding pengisi yang tidak merata dapat berubah menjadi struktur yang mempunyai mekanisme keruntuhan soft-storey yang berbahaya. Hasil survei Tim Laboratorium Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau terhadap peristiwa Gempa Padang tahun 2009, mengindikasikan bahwa banyak terjadi keruntuhan dengan tipe softstorey pada bangunan beton bertulang dengan dinding pengisi bata. Umumnya bagian atas gedung digunakan sebagai tempat tinggal sehingga menggunakan dinding bata sebagai partisi, sedangkan bagian bawah karena digunakan sebagai tempat usaha (toko) relatif sedikit dinding pengisinya. Kondisi tersebut menyebabkan bagian atas relatif lebih kaku dibandingkan bagian bawah sehingga ketika ada gempa struktur bagian bawah hancur total dan bagian atas jatuh menimpa secara utuh. Kejadian tersebut mengindikasikan, apabila ditinjau dari tampilan fisik geometri terlihat secara jelas bahwa dinding pengisi yang menutup portal akan berfungsi sebagai panel yang akan bekerja bersamaan dengan struktur yang efeknya memberi kekakuan yang besar. Struktur portal dengan dinding pengisi dapat dianggap lebih kaku dan lebih kuat. Meskipun hal tersebut telah dipahami cukup lama, tetapi dalam perencanaan secara umum efek dinding pengisi masih 2 diabaikan, karena perilakunya non-linier sehingga cukup sulit memprediksinya memakai metode elastis biasa.Item Indikator Penilaian Lahan Spesifik untuk Analisis Kualitas Gambut di Bawah Tegakan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau(2012-10-24) Nasrul, Besri; Idwar; Maryani, Anis Tatik; WardatiPerkebunan kelapa sawit yang diusahakan pada lahan gambut di Provinsi Riau telah menimbulkan banyak perubahan kualitas tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat perubahan kualitas gambut dan membangun indikator penilaian gambut spesifik di bawah tegakan kelapa sawit di Provinsi Riau sehingga dapat digunakan secara tepat dan akurat untuk memonitor kualitas gambut. Sifat-sifat gambut yang dijadikan indikator adalah fisika (berat isi, bearing capacity, kadar air, ketebalan, kematangan gambut, subsidence, substratum, permiabilitas, muka air); kimia (salinitas, redoks, pH, C-organik, N-total, P2O5, basa-basa, Fe, Cu, Zn, Mn, kadar abu dan serat); biologi (total populasi mikroorganisme, respirasi, C-mix). Penelitian tahun pertama dilakukan di Bengkalis dan Siak (kawasan SM Giam Siak Kecil dan sekitarnya) dengan tahapan pembuatan peta satuan lahan; analisis sifat-sifat gambut dan perkebunan kelapa sawit swasta, negara, rakyat; dan analisis statistika untuk membangung indikator penilaian tentatif. Pada tahun kedua, dilakukan pengujian dengan perkebunan kelapa sawit yang sejenis di luar daerah penelitian (Indragiri Hilir, Pelalawan, dan Rokan Hilir). Pengujian indikator dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh indikator tentatif dapat memprediksi tingkat kualitas tanah gambut. Hasil pengujian tahap ini mengindikasikan bahwa indikator yang telah didapatkan betul-betul spesifik untuk memonitor perkebunan kelapa sawit yang diusahakan pada lahan gambut di Provinsi Riau.Kelas kesesuaian lahan yang terbentuk pada LUT usahatani perkebunan kelapa sawit di daerah penelitian dapat mencerminkan tingkat produksi sekaligus BCRnya, dan semua usahatani perkebunan menunjukkan nilai BCR lebih besar dari satu. Dengan investasi yang lebih besar pada input pupuk, maka perusahaan perkebunan memperoleh manfaat yang lebih besar dibanding perkebunan plasma atau rakyat. Kriteria kesesuaian produksi (kg tandan buah segar/ha/th) dan BCR untuk sistem usahatani perkebunan kelapa sawit disusun atas empat kelas: I (16.932,20-18.778,76 dan 3,43-3,59); II (16.392,20-16.932,20 dan 2,97-3,43); III (14.458,34-16.392,20 dan 2,27- 2,97); IV (8.400,00-14.458,34 dan 2,02-2,27) dengan kematangan, drainase tanah, KB, dan K-dd sebagai karakteristik lahan penentu. Kriteria kesesuaian produksi dan BCR tersebut layak digunakan untuk evaluasi kesesuaian sistem usahatani perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak, Bengkalis, Rokan Hilir, dan daerah sekitarnya.Item Desain dan Pembuatan Perangkat Lunak Metode Estimasi Impedansi Akustik (IA) Menggunakan Metode Geostatistik Simulasi Gaussian Sequensial (SGS)(2012-10-24) Edisar, Muhammad; Syech, RiadAplikasi metode estimasi pada inversi seismik yang digunakan dalam studi eksplorasi hidrokarbon sejauh ini masih menggunakan konsep estimasi konvensional, seperti metode inverse distance, nearest-neighbour dan triangulation. Beberapa metode tersebut hanya mempertimbangkan parameter jarak tanpa memperhatikan faktor sebaran, korelasi antar data serta statistical nature dari data. Estimasi menggunakan metode Geostatistik merupakan suatu metode inversi yang mempertimbangkan parameter-parameter statistik dari data observasi, seperti sebaran, korelasi antar data, serta probabilitasnya secara statistik. Pada Inversi Geostatistik, forward modelling dapat dilakukan dengan menggunakan metode Sequential Gaussian Simulation (SGS). Dengan SGS, simulasi pemodelan dilakukan dengan memperhatikan parameter-parameter statistik dari data observasi. Pada penelitian ini, SGS dilakukan dengan menggunakan metode estimasi geostatistik simple kriging dan ordinary kriging.Item Pengembangan Model Pengembangan Peramalan Intrusi Air Laut di Estuari Menggunakan Pendekatan Softcomputing(2012-10-25) Suprayogi, Imam; Fatnanta, FerrySalah satu komponen penting pengelolaan sumberdaya air adalah wilayah estuari. Menurut Triatmodjo (1999) muara sungai dapat diartikan sebagai estuari, yaitu bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pasang surut adalah gerakan yang bersifat periodik dan menimbulkan debit aliran yang besar, sehingga gerakan air di estuari juga berubah-ubah secara periodik mengikuti irama pasang surut. Arus pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan (sedimen suspensi) di sepanjang estuari, yang bergerak ke hulu pada waktu air pasang dan ke hilir pada waktu surut. Aliran air laut ke estuari disertai dengan transpor massa garam. Proses masuknya air laut ke estuari dikenal dengan intrusi air laut. Jarak intrusi air laut sangat tergantung pada karakteristik estuari, pasang surut, dan debit sungai. Semakin besar tinggi pasang surut dan semakin kecil debit sungai semakin jauh intrusi air laut atau sebaliknya. Transpor garam di estuari terjadi secara konveksi dan difusi. Secara konveksi artinya garam terbawa (terangkut) bersama dengan aliran air (karena terpengaruh kecepatan aliran). Transpor secara difusi terjadi karena adanya turbulensi dan perbedaan kadar garam di suatu titik dengan titiktitik di sekitarnya, sehingga kadar garam akan menyebar ke titik konsentrasi yang lebih rendah. Kedua macam transpor yang terjadi secara bersamaan (konveksi dan difusi) disebut dengan dispersi.Item Sintesis Calkon Piridin Bervariasi Gugus Fungsi Sebagai Antibakteri dan Inhibitor Asetilkolinesterase(2012-10-28) JasrilCalkon merupakan salah satu golongan senyawa bahan alam dari jenis flavonoid yang banyak ditemukan pada berbagai spesies tumbuhan. Senyawasenyawa calkon juga dikenal memiliki berbagai aktivitas biologi yang menarik, antara lain sebagai antioksidan, antitumor, antiinflamasi, antimikroba dan lain-lain. Kandungan calkon pada berbagai ekstrak tumbuhan sangat bervariasi, tetapi pada umumnya sangat rendah. Hal ini mungkin disebabkan calkon merupakan produk antara dalam proses biosintesis pembentukan senyawa-senyawa flavonoid lain. Hal ini merupakan salah satu pendorong bagi kami untuk mengembangkan atau merekayasa molekul calkon baik untuk mempelajari sifat fisiko-kimianya, mempelajarai kaitan antara struktur dan aktivitasnya, serta yang tidak kalah penting tentunya adalah sebagai salah satu usaha dalam menemukan obat-obat baru yang lebih potensial. Sintesis senyawa turunan calkon dapat dilakukan dalam satu tahap reaksi melalui kondensasi aldol dengan menggunakan reaktan senyawa aldehid aromatik dan keton aromatik. Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis senyawa calkon piridin dengan kehadiran berbagai gugus fungsi seperti halogen (F, Cl dan Br), nitro, hidroksi dan amina. Pada penelitian ini juga akan dilakukan sintesis calkon dengan kombinasi inti piridin dan dan beberapa inti heterosiklis lainnyaItem Pembuatan Termoplastik Elastomer Berbasis Karet Alam Dengan Bahan Isian Berbasis Limbah Padat Industri Sawit(2012-10-28) BahruddinSecara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sifat material TPE yang dibuat dari campuran plastik polipropilen dan karet alam menjadi standar komersial. Penelitian dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahun dengan fokus kajian pada peningkatan sifat TPE berbasis karet alam dengan memanfaatkan limbah padat pabrik sawit, yaitu sabut buah sawit dan fly ash (abu sawit), baik secara individual maupun sebagai filler campuran bersama filler carbon black komersial (hibrid); dan dengan memanfaatkan plastisizer nabati dari turunan minyak sawit maupun campuran plastisizer nabati-plastisizer petroleum komersial. Penelitian yang diusulkan ini bertujuan untuk meningkatkan sifat material TPE yang dibuat dari campuran plastik polipropilen dan karet alam menjadi standar komersial. Penelitian dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahun dengan fokus kajian pada peningkatan sifat TPE berbasis karet alam dengan memanfaatkan limbah padat pabrik sawit, yaitu sabut buah sawit dan fly ash (abu sawit), baik secara individual maupun sebagai filler campuran bersama filler carbon black komersial (hibrid); dan dengan memanfaatkan kompatibilizer yang dikembangkan dari bahan karet alam itu sendiri.Item KAJIAN DIVERSIFIKASI IKAN PATIN (Pangasius sp.) DALAM BENTUK KONSENTRAT PROTEIN IKAN DAN APLIKASINYA PADA PRODUK MAKANAN JAJANAN DALAM MENANGGULANGI GIZI BURUK ANAK BALITA DI KABUPATEN KAMPAR, RIAU(2012-10-28) DEWITA; SyahrulMalnutrition in the children below five years of age is still big health problem that is faced by developing country. Although many activities related to nutrition improvements have been done by both Indonesia government and nongovernment institution, Protein-Energy Malnutrition (PEM) is found over and over in Indonesia’s region. Hence, snack food based on fish protein concentrate (FPC) from patin fish (Pangasius hypothalamus) is one of alternative way to overcome this problem through health recovery activity and nutrition status and immunity improvements. Therefore, processing of FPC is well recognized as a protein source for attempting high protein of raw material food. The aims of this research in the first year were to determine proper technology for processing of FPC from patin fish (Pangasius hypothalamus) and to analyze its nutrition content (proximate and amino acid profile) as a substituted raw material for high protein street food product that was targeted below fiveyear- old children. Additionally, the aim was to study storing effect on peroxide and water content of patin fish (Pangasius hypothalamus) protein concentrate under aluminum foil, capsule and glass bottle packaging. In the second year of research, the aims were described as following; 1. to determine processing technology of snack food products based on Patin fish (Pangasius hypothalamus) protein concentrate for below five-year-old child. 2. to test the snack food products aimed to below five-year-old child at Kampar District, Riau. The results reveal that 10 - 12% of yield and 69.29 – 75.31% of protein content, respectively, was produced by both methods of processing FPC from patin fish (Pangasius hypothalamus), while 50% of fat content was decreased successfully by fat extraction treatment. Steam method was determined as the best method for processing FPC from patin fish (Pangasius hypothalamus). Patin fish (Pangasius hypothalamus) protein concentrate in this study was found as a FPC type B according to proximate content. Based on water content and peroxide number of patin fish (Pangasius hypothalamus) protein concentrate within 45 days storing in different packaging, it quality was still below maximum standard of reject. Finally, aluminum foil was declared as a recommended packaging due to the produced FPC from Patin fish (Pangasius hypothalamus) was better than other packages.Item PROFIL KOMPETENSI SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN UJIAN NASIONAL DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU(2012-10-29) Azhar, Fadly; Sumarno; Sinaga, Mangatur; Sudrajad, Hendar; Ibrahim, Bedriati; Yuanita, Putri; Abdullah; Bunari; ZulfarinaPeningkatan mutu pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Natuna merupakan tanggungjawab semua pihak secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang mesti dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk (a) melihat profil kompetenbsi peserta didik pada mata pelajaran ujian nasional di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau (b) menemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh pengajar, satuan pendidikan dan peserta didik dalam konteks ujian nasional; dan (c) memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi kendalakendala yang dibahas dalam rumusan masalah. Dalam penelitian ini, unit observasinya adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan kuesioner. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) tersedianya data tentang perbaikan konsep dan model pembelajaran dalam konteks peningkatan kualitas pengajar; (b) tersedianya data tentang pemenuhan sarana, prasarana, pengajar yang berkualitas dalam konteks peningkatan kualitas satuan pendidikan; (c) tersedianya data tentang implementasi pembelajaran dalam konteks peningkatan kualitas peserta didik dalam menghadapi UN; dan (d) tersedianya data tentang kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran UN. Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah menengah atas di kabupaten Natuna dengan jumlah 10 unit SMA dan 4 unit MA, dengan jumlah siswa 215 kelompok IPA dan 251 kelompok IPS. Hasil ujian nasional pada tahun 2008-2009 diperoleh fakta bahwa nilai rata-rata tertinggi 70,17 pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan terendah 50,34 pada mata pelajaran Geografi. Pada tahun 2009-2010 nilai rata-rata tertinggi 70,00 pada mata pelajaran Kimia, dan terendah 50,54 pada mata pelajaran sosiologi. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan yang perlu dicarikan solusinya guna pencapaian prestasi siswa yang lebih baik. Ditinjau dari aspek guru, penyebab rendahnya daya serap siswa dikarenakan beberapa faktor, yakni; 1) Penguasaan materi pelajaran, 2) penguasaan strategi pembelajaran, 3) pengembangan evaluasi pembelajaran dan pemanfaatannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ditinjau dari aspek standar layanan pendidikan, dari 126 butir indikator yang iii diamati ditemukan 23 butir indikator yang perlu dibenahi. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran UN, faktor penyebab rendahnya prestasi siswa terfokus pada aspek keterbatasan sumber belajar, yang meliputi perpustakaan, laboratorium dan media pembelajaran. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pembelajaran adalah melalui peningkatan kualifikasi dan kompetensi akademik untuk seluruh praktisi pendidikan, dan diversifikasi sumberdana pendidikan untuk mengatasi keterbatasan pada sarana dan prasarana. Model implementasi pemecahan masalah yang diajukan adalah dengan menyelenggarakan Pelatihan/Workshop untuk Guru, Kepala Sekolah, Tenaga Kependidikan dan Pengawas Sekolah. Sedangkan untuk penggalangan dana pendidikan, langkah konkrit yang dipandang perlu dilakukan adalah dengan memberdayakan wadah-wadah yang telah ada seperti Dewan Pendidikan pada semua jenjang (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Komite Sekolah). Tindak lanjut dari program-program yang diajukan ini adalah dengan mengintensifkan pembinaan tenaga pendidikan melalui MGMP dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan sekolah oleh Dinas Pendidikan dan Komite/Dewan Pendidikan.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau(2012-10-29) Holiwarni, Betty; Burhanudin, Dudung; Hadriana; Seragih, Sehatta; NL, Mariani; Zulhelmi; Caska; Edison, Ahmad; Suri, SyofyanPeningkatan kualitas pendidikan di Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau sudah dilakukan dengan berbagainupaya, tetapi hasilnya belum sesuai dengan harapan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive research. Data dikumpulkan melalui dokumentasi, angket, observasi kelas, wawancara dengan guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bendahara, TU. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Masih terdapat Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang diuji yang skornya di bawah standar kelulusan <5,5 baik kelompok IPA maupun IPS untuk SMA; 2) Faktor penyebab sehingga peserta didik di kota Dumai dan kabupaten Rokan Hilir tidak menguasai pokok bahasan tertentu, yaitu: (a) Standar Isi dan (b) Standar Proses; (c) Standar Kelulusan (d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (e). Standar Sarana dan prasarana (f) Standar Pengelolaan; (g) Standar Pembiayaan; (h) Standar Penilaian 3) Rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik (nilai ujian nasional) adalah: (1) perlu perbaikan dalam standar isi; dan (2) Standar Proses 4) Model yang direkomendasikan adalah Model Pembimbinganm guru MGMP yaitu merupakan program kemitraan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan Sekolah yang menjadi sasaran Pembinaan.Item Pengembangan Sistem Penjepit Cahaya (Optical Tweezers) Sebagai Alat untuk Pemerangkapan dan Pengaturan Partikel(2012-10-29) Minarni; Rahmad, Muhammad; SugiantoOptical Tweezers (OT) adalah sebuah sistem optik digunakan untuk pemerangkapan dan pengaturan partikel. Diperkenalkan pada tahun 1986, saat ini penelitian OT berkembang pesat dan mempunyai aplikasi pada berbagai bidang ilmu. Partikel – partikel yang diperangkap bervariasi baik berupa atom, molekul, bakteri, dan DNA. Secara sederhana sebuah OT dibangun dengan sebuah berkas cahaya laser yang difokuskan ke sekumpulan partikel yang indek biasnya lebih besar dari indek bias medium sekelilingnya, laser yang digunakan mempunyai panjang gelombang disesuaikan dengan ukuran dan jenis partikel yang diperangkap. Pada penelitian ini, sebuah sistem Optical Tweezers dibangun mengunakan Laser Dioda 50 mW dengan Panjang Gelombang 830 nm. Partikel yang diperangkap adalah partikel Polystyrene berukuran 3 m dan 10 m. Lensa objektif 100x, NA 1.25 merk Edmund Optics digunakan untuk memfokuska cahaya laser ke kaca preparat yang berisi partikel. Mikroskop optikal merk Leybold dimodifikasi dan dibuat menjadi digital mengunakan Kamera CMOS Thorlabs dengan Lensa 35 mm. Pencitraan partikel dan fokus laser pada kaca preparat sangat baik. Pada sistem ini, karena fluktuasi arus dan suhu ruangan yang tidak stabil menyebabkan daya laser sebelum menuju lensa objektif hanya sebesar 23 mW. Partikel 3 m dapat terperangkap dengan baik sementara partikel 10 m membutuhkan daya laser yang lebih besar. Partikel-partikel yang tidak sepenuhnya mengalir atau terapung di dalam kaca preparat dan penampang berkas yang tidak sepenuhnya bulat menyebabkan Perangkap Optical tweezer yang tidak simetri sehingga gaya tarik pada partikel tidak begitu kuat.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Propinsi Riau(2012-10-29) Copriady, Jimmi; Caska; Yustina; Irfan, Zul; Mahdum; Ritonga, Zulfan; Hermandra; Bunari; Suri, SyofianPenelitian ini membahas tentang pemetaan dan pengembangan mutu pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Propinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Memetakan standar kompetensi/kompetensi dasar yang tidak dikuasai siswa di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak meliputi sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana serta budaya masyarakat, 3) Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik, dan 4) Merumuskan model implementasi peningkatan mutu pendidikan yang siap diimplementasikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator dalam standar pendidikan nasional yang masih perlu adanya perbaikan dan peningkatan. Hal tersebut meliputi sistem penilaian kinerja guru, sistem supervisi oleh kepala sekolah, peningkatan kompetensi guru dalam menggunakan model, metode atau pendekatan dalam pembelajaran, penggunaan media buatan atau berbasis IT dalam pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, serta penanaman karakter budaya dan pemahaman akan pentingnya pendidikan. Model implementasi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah modifikasi lesson study sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan teknik analisis kuantitatif deskriptif dengan penggunaan analisis acuan patokan kurva normal.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (ppmp) Di Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, dan Lingga Provinsi Kepulauan Riau(2012-10-29) Zulkarnain; Eliwarty; Sinaga, Mangatur; Nursal; Abdullah; Zulhelmi; Suri, Syofyan; Edison, Ahmad; HendripidesSemua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan di kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, dan Lingga. Tujuan penelitian adalaht: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Dalampenelitianini, unit observasinyaadalahsistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat.Data diperolehmelaluiwawancaramendalam, observasi, dan kuesioner.Analisisdilaksanakansecaradeskriptif.Hasilpenelitianinidiharapkandapat diperoleh: 1)Data tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik; 2) Faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar terutama menyangkut: sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat; dan 3) Model peningkatan mutu pendidikan yang valid dan siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini akan dilaksanakan oleh tim peneliti FKIP Universitas Riau dan merupakan penelitian kebijakan. Desain penelitian mengacu pada kerangka dasar penelitian yang dikembangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Jangkauan penelitian mencakup kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga. Penelitianinirencananyaakandiarahkanuntuk memotret berbagai faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan pendidikan di kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga sebagai wilayah yang diteliti terutama sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Di samping itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan model pemecahan masalah pendidikan di kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga yang siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hasil yangdiperolehbahwanilaireratatertinggidiperolehsiswakelompok IPA Tanjung Pinang padamatapelajaranbahasaInggris, sedangkannilairerataterendahdiperolehsiswakelompok IPS kabupatenLinggapadamatapelajaranEkonomi.Berdasarkantemuan di lapangan, nilairerata UN di atastidakmencerminkankemampuansiswa yang sebenarnya.Jikapelaksanaan UN betulbetulmurnidanpersiapansiswasepertimengikuti UN tersebutmakaakanterjadinilaireratamerekaakan di bawahnilairerata UN sekarang. Kemampuan yang diuji (KD) yang bermasalahjugaakanlebihbanyakdaripada yang adasekarang. Beberapafaktor yang menjadipenyebabpermasalahannilai UN seperti 1).Kurangnyapersiapan guru dalampembelajaran; 2).Guru kurangmemahamipenilaianberbasiskelas (PBK); 3). Pengawasandarikepalasekolahdanpengawassekolahkurangmaksimal; 4).Fasilitassekolah yang masihterbatas; 5) Seleksipenerimaansiswa yang kurangbaik; 6).Beberapa guru yang pendidikannyamasihbelumsesuaidenganmatapelajaran yang diajarnya.Selanjutnyabeberaparekomendasiuntukmemperbaikimutupendidikansepertimemberika npelatihanpendalamanmateripelajaran, pelatihanpengembanganperangkatpembelajarandanpelatihandesainpembelajaran.Item Pengembangan Teknologi Pembenihan dan Budidaya Ikan Motan (Thynnicthys thynnoides Blkr) dalam Rangka Menjaga Kelestariannya dari Alam(2012-10-29) Sukendi, Sukendi; Putra, Ridwan Manda; Yurisman, YurismanPenelitian ini merupakan penelitian tahun ke III Hibah Kompetensi yang dibiayai oleh oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Tahun Anggaran 2011 dengan nomor kontrak : 360/SP2H/PL/ Dit.litabmas/IV/2011. Penelitian dilakukan di perairan Sungai Siak tepatnya di Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kotamadya Pekanbaru dan kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknologi pembesaran/budidaya ikan motan dengan pemberian perlakuan lokasi pemeliharaan dan dosis hormon tiroksin yang berbeda pada pakan selama pemeliharaan. Perlakuan lokasi pemeliharaan adalah di kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau dan perairan Sungai Siak Riau, sedangkan perlakuan dosis hormon tiroksin yang diberikan pada pakan terdiri dari 2 mg/kg pakan, 4 mg/kg pakan, 6 mg/kg pakan dan 0 mg/kg pakan sebagai kontrol. Ikan dipelihara selama 4 bulan (16 minggu) dengan padat tebar 50 ekor /keramba ukuran 1 x 1 x 1 m, sesuai dengan hasil penelitian kegiatan Hibah Kompetensi Tahun II (Sukendi, Putra dan Yurisman, 2010). Parameter uji yang diukur adalah : pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan panjang harian dan kelulushidupan. Pengukuran parameter uji dilakukan setiap dua minggu sekali dari masing-masing perlakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pembesaran/budidaya ikan motan dalam keramba yang ditempatkan di Sungai Siak lebih baik bila dibandingkan dengan pembesaran/budidaya dalam keramba yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan ii dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, 2) semakin besar dosis hormon tiroksin yang diberikan pada pakan dalam pembesaran/budidaya ikan motan maka semakin cepat pula pertumbuhan yang diperoleh dan 3) dosis hormon tiroksin yang terbaik diberikan pada pakan ikan motan dalam pembesaran/budidaya adalah sebesar 6 mg/kg pakan. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi pembesaran/budidaya ikan motan yang terbaik adalah pemeliharaan dengan padat tebar 50 ekor/keramba ukuran 1 x 1 x 1 m yang ditempatkan di Sungai Siak, dengan pemberian hormon tiroksin sebesar 6 mg/kg pakan, menghasilkan pertumbuhan rata-rata bobot mutlak sebesar 9,23 gram, pertumbuhan rata-rata panjang mutlak sebesar 2,63 cm, laju pertumbuhan bobot harian sebesar 0,6234 %, laju pertumbuhan panjang harian sebesar 0,2033 % dan kelulushidupan sebesar 73 %. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang teknologi pembesaran/budidaya ikanikan air tawar ekonomis penting lainnya dengan pemberian dosis hormon tiroksin yang tepat pada pakan, sehingga akan dapat memberikan keuntungan dalam usaha pembesaran/budidaya yang dilakukan.Item AGREGASI PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PPMP) DI PROVINSI RIAU(2012-10-29) Caska; Roza, Yenita; Holiwarni, Betti; Mahdum; Suryawati, Evi; Copriady, JimmiSemua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan di Provinsi Riau. Tujuan agregasi penelitian sebagai berikut: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, unit observasinya adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan kuesioner. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Masih terdapat Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang diuji yang skornya rendah =<60 baik kelompok IPA maupun IPS untuk SMA; 2) Faktor penyebab sehingga peserta didik di Provinsi Riau tidak menguasai pokok bahasan tertentu, yaitu: (1) Variabel Komponen Standar Proses; (2) Variabel Komponen Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan (3). Variabel Komponen Standar Pengelolaan; 3) Rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik (nilai ujian nasional) adalah: (1) perlu perbaikan dalam Komponen 2: Standar Proses; (1) perlu perbaikan dalam Komponen 4: Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan (3) perlu perbaikan dalam Komponen 6: Standar Pengelolaan Pendidikan; dan (4) Model yang direkomendasikan adalah Model Pengembangan Sekolah Binaan yaitu merupakan program kemitraan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan Sekolah yang menjadi sasaran PembinaanItem Pemetaan dan Rancangan Pengembangan Mutu Pendidikan Berbasis Kondisi Lokal di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu Propinsi Riau(2012-10-29) Roza, Yenita; Herdini; Azhar; Suryawati, Evi; Kammaruddin; Suarman; Tugiman; Ellywarti; HermandraMutu pendidikan mencakup dua dimensi yaitu yang berorientasi akademis dan yang berorientasi keterampilan hidup esensial. Prestasi akademis merupakan tolak ukur bagi mutu yang berorientasi akademis sedangkan yang berorientasi keterampilan hidup esensial adalah pendidikan yang membuat anak itu bisa survive di kehidupan nyata. Untuk melihat mutu akademis pemerintah sudah melakukan Ujian Nasional sebagai alat ukur penentu seorang siswa lulus dengan standar nasional. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Manusia hidup tidak dapat terlepas dari lingkungannya, untuk itu pada penelitian ini penyelesaian masalah akan dirumuskan berdasarkan potensi lokal penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan dilakukan secara kualitatif. Laporan Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) ini menyajikan hasil: 1) Data tentang standar kompetensi/kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik; 2) Faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar terutama menyangkut sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat; dan 3) Model peningkatan mutu pendidikan yang valid dan siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Model yang dihasilkan berdasarkan analisis penyebab adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran melalui program pendampingan guru (technical assistance) dengan melibatkan guru inti dan pengawas ditingkatnya.Item PEMETAAN DAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN DI KABUPATEN BENGKALIS DAN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU(2012-10-29) Suryawati, Evi; Holiwarni, Betty; Irfan, Zul; Heleni, Susda; Hambali; Ibrahim, Bedriati; Gimin; Hadriana; Jalil, AbdulRendahnya mutu pendidikan di Indonesia, telah banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para pemerhati pendidikan. Berdasarkan hal tersebut perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu dengan melaksanakan kajian berdasarkan analisis permasalahan di lapangan. Tujuan Penelitian ini adalah : 1) mengidentifikasi Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar yang belum dikuasai peserta didik pada 9 mata pelajaran Ujian Nasional SMA (B. Indonesia, B. Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi); 2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar 3) Merancang dan mengembangkan model untuk pemecahan masalah. Penelitian dilaksanakan di SMA Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti dengan sampel SMAN 1 Bengkalis, SMAN Tebing Tinggi, dan SMAN Rangsang. Fokus penelitian adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan serta budaya masyarakat. Data dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara mendalam kuesioner, dan dokumentasi. Analisis dilaksanakan secara deskriptif, Hasil analisis data sekunder menunjukkan. Ratarata perolehan hasil UN dengan nilai <55 pada tingkat rayon kelompok IPA tahun 2008/2009 sebesar 13.66 %, tahun 2009/2010 sebesar 15.71 %. Kelompok IPS 2008/2009 sebesar 17.83%, 2009/2010 sebesar 19.66 %. Penelitian ini menghasilkan alternatif model pemecahan masalah (1) Pelatihan bagi guru mata pelajaran berbasis MGMP. (2) Bimbingan dan pemantapan materi untuk guru yang mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan. (3) Pelatihan bagi pimpinan dan staf administrasi sekolah. Seluruh kegiatan siap diimplementasikan secara konkret melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat kerjasama D2PM Dikti