LRP-Science and Education
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Science and Education by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 122
Results Per Page
Sort Options
Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (ppmp) Di Kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, dan Lingga Provinsi Kepulauan Riau(2012-10-29) Zulkarnain; Eliwarty; Sinaga, Mangatur; Nursal; Abdullah; Zulhelmi; Suri, Syofyan; Edison, Ahmad; HendripidesSemua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan di kota Tanjung Pinang, Kabupaten Bintan, dan Lingga. Tujuan penelitian adalaht: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Dalampenelitianini, unit observasinyaadalahsistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat.Data diperolehmelaluiwawancaramendalam, observasi, dan kuesioner.Analisisdilaksanakansecaradeskriptif.Hasilpenelitianinidiharapkandapat diperoleh: 1)Data tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik; 2) Faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar terutama menyangkut: sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat; dan 3) Model peningkatan mutu pendidikan yang valid dan siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Penelitian ini akan dilaksanakan oleh tim peneliti FKIP Universitas Riau dan merupakan penelitian kebijakan. Desain penelitian mengacu pada kerangka dasar penelitian yang dikembangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Jangkauan penelitian mencakup kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga. Penelitianinirencananyaakandiarahkanuntuk memotret berbagai faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan pendidikan di kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga sebagai wilayah yang diteliti terutama sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Di samping itu, penelitian ini diharapkan menghasilkan model pemecahan masalah pendidikan di kota Tanjung Pinang, kabupaten Bintan dan Lingga yang siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Hasil yangdiperolehbahwanilaireratatertinggidiperolehsiswakelompok IPA Tanjung Pinang padamatapelajaranbahasaInggris, sedangkannilairerataterendahdiperolehsiswakelompok IPS kabupatenLinggapadamatapelajaranEkonomi.Berdasarkantemuan di lapangan, nilairerata UN di atastidakmencerminkankemampuansiswa yang sebenarnya.Jikapelaksanaan UN betulbetulmurnidanpersiapansiswasepertimengikuti UN tersebutmakaakanterjadinilaireratamerekaakan di bawahnilairerata UN sekarang. Kemampuan yang diuji (KD) yang bermasalahjugaakanlebihbanyakdaripada yang adasekarang. Beberapafaktor yang menjadipenyebabpermasalahannilai UN seperti 1).Kurangnyapersiapan guru dalampembelajaran; 2).Guru kurangmemahamipenilaianberbasiskelas (PBK); 3). Pengawasandarikepalasekolahdanpengawassekolahkurangmaksimal; 4).Fasilitassekolah yang masihterbatas; 5) Seleksipenerimaansiswa yang kurangbaik; 6).Beberapa guru yang pendidikannyamasihbelumsesuaidenganmatapelajaran yang diajarnya.Selanjutnyabeberaparekomendasiuntukmemperbaikimutupendidikansepertimemberika npelatihanpendalamanmateripelajaran, pelatihanpengembanganperangkatpembelajarandanpelatihandesainpembelajaran.Item Pemetaan dan Rancangan Pengembangan Mutu Pendidikan Berbasis Kondisi Lokal di Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu Propinsi Riau(2012-10-29) Roza, Yenita; Herdini; Azhar; Suryawati, Evi; Kammaruddin; Suarman; Tugiman; Ellywarti; HermandraMutu pendidikan mencakup dua dimensi yaitu yang berorientasi akademis dan yang berorientasi keterampilan hidup esensial. Prestasi akademis merupakan tolak ukur bagi mutu yang berorientasi akademis sedangkan yang berorientasi keterampilan hidup esensial adalah pendidikan yang membuat anak itu bisa survive di kehidupan nyata. Untuk melihat mutu akademis pemerintah sudah melakukan Ujian Nasional sebagai alat ukur penentu seorang siswa lulus dengan standar nasional. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Manusia hidup tidak dapat terlepas dari lingkungannya, untuk itu pada penelitian ini penyelesaian masalah akan dirumuskan berdasarkan potensi lokal penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan dilakukan secara kualitatif. Laporan Penelitian Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan (PPMP) ini menyajikan hasil: 1) Data tentang standar kompetensi/kompetensi dasar yang belum dikuasai peserta didik; 2) Faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar terutama menyangkut sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat; dan 3) Model peningkatan mutu pendidikan yang valid dan siap diimplementasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Model yang dihasilkan berdasarkan analisis penyebab adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran melalui program pendampingan guru (technical assistance) dengan melibatkan guru inti dan pengawas ditingkatnya.Item AGREGASI PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN (PPMP) DI PROVINSI RIAU(2012-10-29) Caska; Roza, Yenita; Holiwarni, Betti; Mahdum; Suryawati, Evi; Copriady, JimmiSemua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan di Provinsi Riau. Tujuan agregasi penelitian sebagai berikut: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, unit observasinya adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan kuesioner. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Masih terdapat Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang diuji yang skornya rendah =<60 baik kelompok IPA maupun IPS untuk SMA; 2) Faktor penyebab sehingga peserta didik di Provinsi Riau tidak menguasai pokok bahasan tertentu, yaitu: (1) Variabel Komponen Standar Proses; (2) Variabel Komponen Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan (3). Variabel Komponen Standar Pengelolaan; 3) Rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik (nilai ujian nasional) adalah: (1) perlu perbaikan dalam Komponen 2: Standar Proses; (1) perlu perbaikan dalam Komponen 4: Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; dan (3) perlu perbaikan dalam Komponen 6: Standar Pengelolaan Pendidikan; dan (4) Model yang direkomendasikan adalah Model Pengembangan Sekolah Binaan yaitu merupakan program kemitraan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan Sekolah yang menjadi sasaran PembinaanItem Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Propinsi Riau(2012-10-29) Copriady, Jimmi; Caska; Yustina; Irfan, Zul; Mahdum; Ritonga, Zulfan; Hermandra; Bunari; Suri, SyofianPenelitian ini membahas tentang pemetaan dan pengembangan mutu pendidikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak Propinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Memetakan standar kompetensi/kompetensi dasar yang tidak dikuasai siswa di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak meliputi sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana serta budaya masyarakat, 3) Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik, dan 4) Merumuskan model implementasi peningkatan mutu pendidikan yang siap diimplementasikan di Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa indikator dalam standar pendidikan nasional yang masih perlu adanya perbaikan dan peningkatan. Hal tersebut meliputi sistem penilaian kinerja guru, sistem supervisi oleh kepala sekolah, peningkatan kompetensi guru dalam menggunakan model, metode atau pendekatan dalam pembelajaran, penggunaan media buatan atau berbasis IT dalam pembelajaran, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, serta penanaman karakter budaya dan pemahaman akan pentingnya pendidikan. Model implementasi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah modifikasi lesson study sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan teknik analisis kuantitatif deskriptif dengan penggunaan analisis acuan patokan kurva normal.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau(2012-10-29) Yustina; Gimin; Abdullah; Roza, Yenita; Fakhrudi; Auzar; Eliwarti; Ibrahim, Bedriati; KamarudinUpaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan, akan tetapi berbagai indikator mutu pendidikan masih belum terjadi peningkatan yang berarti. Ditinjau dari perolehan Ujian Nasional (UN) di Sekolah Menengah Atas (SMA) masih rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa, juga banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, di kalangan Perguruan Tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Fakta tersebut menunjukkan, upaya peningkatan pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Indonesia. Solusi atas permasalahan rendahnya mutu pendidikan tersebut perlu dicari bersama. Semua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan dan terobosan apa yang harus dijalankan untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Peran Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan (LPTK) sangat menentukan terhadap kualitas pendidikan, karena LPTK merupakan lembaga penghasil tenaga guru. Tujuan program penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi ketuntasan dan ketidaktuntasan Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar (KD) siswa SMA di Kabupaten Kepulauan Anambas dalam menyelesaikan soal Ujian Nasional berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Tahun Pelajaran 2008/2009 - 2009/2010, (2) mengungkap peta kendala pendidikan dan faktor penyebabnya, dan (3) merumuskan model alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik terutama pada mata pelajaran UN di Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau. Prosedur dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey of Enacted Curriculum (SEC) serta analisis yang digunakan yakni deskriptif-eksploratif. Hasil penelitian didapati kendala pendidikan di Kabupaten Kepulauan Anambas adalah guru mengampu mata pelajaran tidak sesuai dengan keahliannya, kurangnya sarana dan prasarana (laboratorium IPA, buku teks, listrik, IT), rendahnya keterampilan pengembangan pendidikan oleh pendidik dan rendahnya kualifikasi akademik Kepala Tenaga Kependidikan, beban mengajar guru yang terlalu banyak, geografis wilayah dan kondisi alam, serta budaya ketidakpedulian orang tua dalam pengawasan peserta didik. Kelemahannya adalah kualifikasi akademik pendidik dan tenaga kependidikan tidak sesuai dengan jumlah, keahlian dan tugas yang diembannya. Kurangnya kemampuan dan keterampilan pendidik dalam mempersiapkan, pelaksanaan, penilaian, dan merefleksi pembelajaran. Manajemen Kepala Sekolah kurang dalam supervisi, koordinasi intern (pendidik dan tenaga kependidikan) dan dengan komite sekolah. Solusi yang diajukan adalah tingkatkan kualifikasi, profesional dan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan serta keterampilan pendidik dalam pengembangan program pendidikan untuk siswa, lengkapi sarana dan prasarana sekolah. Tingkatkan peran dan profesional supervisi Kepala Sekolah. Implementasikan kerjasama guru dalam kegiatan (pelatihan, guru tutor, lesson study, penelitian bersama) dalam wadah MGMP, K3S dan komite sekolah untuk pemanfaatan silang (antar sekolah) pendidik sesuai keahliannya, selanjutnya model alternatif untuk peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dilakukan kerjasama time work pendidik dalam wadah MGMP difasilitasi K3S dan mitra pendamping melalui Strategi KONSEP.Item PROFIL KOMPETENSI SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN UJIAN NASIONAL DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU(2012-10-29) Azhar, Fadly; Sumarno; Sinaga, Mangatur; Sudrajad, Hendar; Ibrahim, Bedriati; Yuanita, Putri; Abdullah; Bunari; ZulfarinaPeningkatan mutu pendidikan di Provinsi Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Natuna merupakan tanggungjawab semua pihak secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang mesti dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk (a) melihat profil kompetenbsi peserta didik pada mata pelajaran ujian nasional di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau (b) menemukan berbagai kendala yang dihadapi oleh pengajar, satuan pendidikan dan peserta didik dalam konteks ujian nasional; dan (c) memberikan solusi yang tepat dalam mengatasi kendalakendala yang dibahas dalam rumusan masalah. Dalam penelitian ini, unit observasinya adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, dan budaya masyarakat. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan kuesioner. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) tersedianya data tentang perbaikan konsep dan model pembelajaran dalam konteks peningkatan kualitas pengajar; (b) tersedianya data tentang pemenuhan sarana, prasarana, pengajar yang berkualitas dalam konteks peningkatan kualitas satuan pendidikan; (c) tersedianya data tentang implementasi pembelajaran dalam konteks peningkatan kualitas peserta didik dalam menghadapi UN; dan (d) tersedianya data tentang kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran UN. Populasi penelitian ini adalah seluruh sekolah menengah atas di kabupaten Natuna dengan jumlah 10 unit SMA dan 4 unit MA, dengan jumlah siswa 215 kelompok IPA dan 251 kelompok IPS. Hasil ujian nasional pada tahun 2008-2009 diperoleh fakta bahwa nilai rata-rata tertinggi 70,17 pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan terendah 50,34 pada mata pelajaran Geografi. Pada tahun 2009-2010 nilai rata-rata tertinggi 70,00 pada mata pelajaran Kimia, dan terendah 50,54 pada mata pelajaran sosiologi. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan yang perlu dicarikan solusinya guna pencapaian prestasi siswa yang lebih baik. Ditinjau dari aspek guru, penyebab rendahnya daya serap siswa dikarenakan beberapa faktor, yakni; 1) Penguasaan materi pelajaran, 2) penguasaan strategi pembelajaran, 3) pengembangan evaluasi pembelajaran dan pemanfaatannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ditinjau dari aspek standar layanan pendidikan, dari 126 butir indikator yang iii diamati ditemukan 23 butir indikator yang perlu dibenahi. Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran UN, faktor penyebab rendahnya prestasi siswa terfokus pada aspek keterbatasan sumber belajar, yang meliputi perpustakaan, laboratorium dan media pembelajaran. Alternatif pemecahan masalah yang diajukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan/pembelajaran adalah melalui peningkatan kualifikasi dan kompetensi akademik untuk seluruh praktisi pendidikan, dan diversifikasi sumberdana pendidikan untuk mengatasi keterbatasan pada sarana dan prasarana. Model implementasi pemecahan masalah yang diajukan adalah dengan menyelenggarakan Pelatihan/Workshop untuk Guru, Kepala Sekolah, Tenaga Kependidikan dan Pengawas Sekolah. Sedangkan untuk penggalangan dana pendidikan, langkah konkrit yang dipandang perlu dilakukan adalah dengan memberdayakan wadah-wadah yang telah ada seperti Dewan Pendidikan pada semua jenjang (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Komite Sekolah). Tindak lanjut dari program-program yang diajukan ini adalah dengan mengintensifkan pembinaan tenaga pendidikan melalui MGMP dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan sekolah oleh Dinas Pendidikan dan Komite/Dewan Pendidikan.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau(2012-10-29) Holiwarni, Betty; Burhanudin, Dudung; Hadriana; Seragih, Sehatta; NL, Mariani; Zulhelmi; Caska; Edison, Ahmad; Suri, SyofyanPeningkatan kualitas pendidikan di Kota Dumai dan Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau sudah dilakukan dengan berbagainupaya, tetapi hasilnya belum sesuai dengan harapan. Untuk itu dilakukan penelitian dengan tujuan: 1) Mengungkap peta kompetensi peserta didik; 2) Mengungkap faktor penyebab peserta didik tidak menguasai pokok bahasan tertentu; 3) Menemukan rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta; 4) Merumuskan model implementasi pemecahan masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive research. Data dikumpulkan melalui dokumentasi, angket, observasi kelas, wawancara dengan guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bendahara, TU. Analisis dilaksanakan secara deskriptif. Hasil penelitian ini adalah: 1) Masih terdapat Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang diuji yang skornya di bawah standar kelulusan <5,5 baik kelompok IPA maupun IPS untuk SMA; 2) Faktor penyebab sehingga peserta didik di kota Dumai dan kabupaten Rokan Hilir tidak menguasai pokok bahasan tertentu, yaitu: (a) Standar Isi dan (b) Standar Proses; (c) Standar Kelulusan (d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (e). Standar Sarana dan prasarana (f) Standar Pengelolaan; (g) Standar Pembiayaan; (h) Standar Penilaian 3) Rumusan alternatif pemecahan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik (nilai ujian nasional) adalah: (1) perlu perbaikan dalam standar isi; dan (2) Standar Proses 4) Model yang direkomendasikan adalah Model Pembimbinganm guru MGMP yaitu merupakan program kemitraan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dan Sekolah yang menjadi sasaran Pembinaan.Item Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kabupaten Kuansing, Inhu dan Inhil Provinsi Riau(2012-10-29) Mahdum; Faizah, Hasnah; Solfitri, Titi; Sudrajat, Hendar; Syabrus, Hardisem; Darmadi; Tugiman; Rery, R. Usman; HambaliPenelitian ini bertjuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang profil hasil belajar siswa SMA/MA di tiga rayon sasaran penelitian, yakni Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Indragiri Hulu, dan Kabupaten Indragiri Hilir, pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional, dan mengidentifikasi berbagai kendala yang menjadi penyebab kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Unit observasi penelitian ini adalah 131 unit satuan pendidikan, yang terdiri dari 50 SMA dan 71 MA Negeri dan Swasta. Langkah awal penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi SK/KD yang bermasalah, yang ditandai dengan rendahnya nilai yang diperoleh rata-rata siswa. Langkah selanjutnya adalah menganalisis berbagai faktor yang diduga kuat menjadi penyebabnya. Dari hasil analisis daya serap mata pelajaran UN tahun pelajaran 2009- 2010, diperoleh gambaran rata-rata nilai tertinggi pada mata pelajaran Matematika (9,08) dan terendah sebesar 6,64 pada mata pelajaran Fisika. Jumlah KD bermasalah terbesar sebanyak 26 butir pada mata pelajaran bahasa Indonesia, dan terkecil sebanyak 3 butir pada mata pelajaran matematika. Faktor penyebab yang teridentifikasi paling menonjol adalah pada komponen Standar Pendidik dan tenaga kependidikan, Standar Proses, dan Standar Penilaian.Item PEMETAAN DAN MODEL PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN DI KABUPATEN BENGKALIS DAN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU(2012-10-29) Suryawati, Evi; Holiwarni, Betty; Irfan, Zul; Heleni, Susda; Hambali; Ibrahim, Bedriati; Gimin; Hadriana; Jalil, AbdulRendahnya mutu pendidikan di Indonesia, telah banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para pemerhati pendidikan. Berdasarkan hal tersebut perlu upaya terus menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu dengan melaksanakan kajian berdasarkan analisis permasalahan di lapangan. Tujuan Penelitian ini adalah : 1) mengidentifikasi Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar yang belum dikuasai peserta didik pada 9 mata pelajaran Ujian Nasional SMA (B. Indonesia, B. Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Geografi, Sosiologi dan Ekonomi); 2) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab peserta didik belum menguasai standar kompetensi/kompetensi dasar 3) Merancang dan mengembangkan model untuk pemecahan masalah. Penelitian dilaksanakan di SMA Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti dengan sampel SMAN 1 Bengkalis, SMAN Tebing Tinggi, dan SMAN Rangsang. Fokus penelitian adalah sistem manajemen, guru, sarana dan prasarana pendidikan, yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan serta budaya masyarakat. Data dikumpulkan melalui observasi kelas, wawancara mendalam kuesioner, dan dokumentasi. Analisis dilaksanakan secara deskriptif, Hasil analisis data sekunder menunjukkan. Ratarata perolehan hasil UN dengan nilai <55 pada tingkat rayon kelompok IPA tahun 2008/2009 sebesar 13.66 %, tahun 2009/2010 sebesar 15.71 %. Kelompok IPS 2008/2009 sebesar 17.83%, 2009/2010 sebesar 19.66 %. Penelitian ini menghasilkan alternatif model pemecahan masalah (1) Pelatihan bagi guru mata pelajaran berbasis MGMP. (2) Bimbingan dan pemantapan materi untuk guru yang mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan. (3) Pelatihan bagi pimpinan dan staf administrasi sekolah. Seluruh kegiatan siap diimplementasikan secara konkret melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat kerjasama D2PM DiktiItem Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan di Kota Batam dan Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau(2012-10-29) Suarman; Copriady, Jimmi; Azhar, Fadly; Nasir, Muh; Syafii, Wan; Zulkarnain; Auzar; Kamaruddin; Ibrahim, BedriatiLahirnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistim Penjaminanan Mutu Pendidikan (SPMP) kian mempertegas langkah dan komitmen pemerintah untuk memacu dan memastikan ketercapaian standar mutu dalam bidang pendidikan. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan akan tetapi berbagai indikator mutu pendidikan masih belum terjadi peningkatan yang berarti. Ditinjau dari perolehan ujian nasional mulai sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah diketahui masih rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Dari sisi perilaku keseharian siswa, juga banyak terjadi ketidakpuasan masyarakat. Dari dunia usaha muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik. Ketidakpuasan berjenjang juga terjadi, kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Fakta tersebut menunjukkan, upaya peningkatan pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan di Indonesia. Solusi atas permasalahan rendahnya mutu pendidikan tersebut perlu dicari bersama. Semua pihak perlu turut bertanggung jawab secara moral apa yang harus dilakukan, dan terobosan apa yang harus dijalankan, sehingga secepatnya dapat terjadi peningkatan mutu pendidikan. Peran LPTK sangat menentukan terhadap kualitas pendidikan, karena LPTK merupakan lembaga penghasil tenaga guru. Secara singkat tujuan program penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi ketuntasan dan ketidaktuntasan standar kompetensi maupun kompetensi dasar siswa SMA di Kota Batam dan Kabupaten Karimun dalam menyelesaikan soal ujian nasional berdasarkan standar kompetensi lulusan tahun 2008/2009 - 2010/2011, (2) mengungkap peta kompetensi peserta didik SMA di Kota Batam dan Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau tiap standar kompetensi/ kompetensi dasar dan faktor penyebabnya, dan (3) merumuskan model alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik terutama pada nata ujian nasional di Kota Batam dan Kabupaten Karimun Propinsi Kepulauan Riau. Prosedur dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey of Enacted Curriculum (SEC) serta analisis yang digunakan yakni deskriptif-eksploratif dengan mempergunakan metode komparatif atas hasil wawancara mendalam dan FGD kepada informan serta sekaligus membandingkannya dengan hasil observasi lapangan. Pandangan dari informan selain disajikan dalam bentuk kutipan juga digunakan untuk memperkaya dan memperdalam analisis hasil penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat kelulusan siswa ternyata sudah cukup baik, hanya saja bila dilihat dari tingkat penguasaan atau daya serap dari masing-masing mata uji ujian nasional semua mata pelajaran mengalami masalah karena masih banyak siswa yang tingkat penguasaan <6.00, penyebab masalah ini adalah berkaitan dengan pengelolaan, guru, sarana dan prasaran, serta budaya masyarakat. Untuk mengatasi masalah tersebut model implementasi yang dapat dilakukan adalah Pengembangan dan Analisis Butir-butir soal Mata Ujian Nasional Berbasis MGMP.Item Pengembangan Industri Hilir Berbasis Kelapa Sawit Untuk Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Daerah Riau(2012-12-03) Syahza, AlmasdiItem Studi Sosial Ekonomi Masyarakat Lingkungan Kumuh Sekitar Sungai Siak Kota Pekanbaru(2012-12-03) Syahza, AlmasdiItem Pengembangan Koperasi untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah Di Kabupaten Indragiri Hulu(2012-12-03) Syahza, AlmasdiItem Peranan, Peluang Dan Kendala Pengembangan Industr! Pengolahan Nenas Di Kecamatan Bengkalis(2013-01-05) Indrawati, HennyTanaman nenas telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman rakyat. Sebagian masyarakat telah menjadikan tanaman nenas sebagai salah satu matapencaharian utama. Namun usahatani nenas yang dilakukan belum berorientasi pada agribisnis sehingga pengolahan terhadap nenas jarang dilakukan. Penelitian ini mengkaji peranan, peluang dan kendala pengembangan industri pengolahan nenas. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bengkalis karena Kecamatan Bengkalis merupakan salah satu sentra produksi nenas. Penelitian dilakukan selama 4 bulan. Data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data adalah deskriptif untuk menjawab tujuan penelitian. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengembangan industri pengolahan nenas memiliki beberapa peranan yaitu: (1) Mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp 2.167.500 untuk keripik nenas dan Rp 912.500 untuk dodol nenas; (2) Mampu menyerap tenaga kerja mulai dari petani hingga masyarakat luas di pedesaan. Peluang pengembangan industri pengolahan nenas sangat besar sekali yang didukung oleh pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, potensi bahan baku yang dilihat dari luasnya potensi lahan yang tersedia untuk pengembangan usahatani nenas, permintaan terhadap produk industri pengolahan nenas yang meningkat setiap tahun, adanya kunjungan wisata domestik dan perolehan tingkat keuntungan yang tinggi dari industri pengolahan nenas tersebut. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri pengolahan nenas adalah kesinambungan produksi olahan nenas yang terbatas karena terbatasnya pemasokan bahan baku, lembaga keuangan yang masih menerapkan suku bunga yang tinggi untuk sektor pertanian, rendahnya kualitas SDM, kurang tersedia informasi peluang usaha dan pemasaran, kurang jelasnya jaringan pemasaran, tidak tersedianya database, kurangnya promosi untuk memperkenalkan produk olahan nenas dan kendala dalam pengembangan industri rumah tangga. Saran yang bisa diberikan berkaitan dengan pengembangan industri pengolahan nenas di Kecamatan Bengkalis adalah. (1) Kecamatan Bengkalis berpotensi dikembangkan industri pengolahan nenas Agar potensi tersebut dapat memberikan nilai tambah yang tinggi maka diperlukan kebijakan pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan industri pengolahan nenas tersebut, misalnya dukungan perbankan untuk investasi dengan suku bunga kredit yang layak bagi sektor pertanian, (2) Untuk membantu petani menaikkan harga buah nenas maka pengembangan industri pengolahan nenas di Kecamatan Bengkalis perlu didorong. Pengembangan industri pengolahan nenas ini tidak hanya menaikkan harga buah yang diterima petani, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah, memperluas kesempatan kerja, dan menambah devisa daerah; (3) Pemerintah daerah perlu mendorong terjadinya percepatan sosialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi aplikasi dalam bidang industri pengolahan nenas kepada masyarakat di daerah-daerah.Item Pemberian Ekstrak Daun Tembakau (Nicotianatabacum L) Mempengaruhi Fenotip pada Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L)(2013-01-05) Wulandari, SriTanaman Bayam merupalcan sayuran penting dan banyalc digemari masyarakat, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Pemanfaatan Bayam sebagai sumber gizi yang penting akan lebih efektif bila dilakukan peningkatan nilai gizinya. Hal ini dapat dicapai melalui pemuliaan tanaman yaitu dengan cara membuat tanaman menjadi poliploid (AUard, 1995). Poliploid adalah suatu keadaan bahwa individu memiliki jumlah kromosom yang berlipat sehingga memperlihatkan anatomi dan fenotip yang berbeda dari tanaman dipoloidnya, seperti sel-selnya lebih besar, daun-daunnya lebih lebar, tanamannya lebih besar dan produksinya lebih tinggi (Sutrian, 1992). Nikotin merupakan salah satu zat kimia yang dipakai untuk menciptakan tanaman poliploid . Nikotin adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Tembakau {Nicotiana Tabacum L) yaitu pada bagian daunnya kira-kira 80% ketika panen (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Pemberian nikotin dengan konsentrasi dan lama perendaman tertentu menyebabkan tidak terbentuknya dinding sel pada waktu mitosis sehingga jumlah kromosom akan meningkat dan tanaman menjadi poliploid (Emawiati, 2000).Item ONSEN D A N KEISTIMEWAANNYA(2013-02-22) SILVIA BASRI, MERRIKeindahan alam jepang yang masih di lestarika adalah onsen yang di maksud onsen adalah “tempat pemandian air panas “ tempat pemandian air pans atau onsen banyak dikunjungi oleh masyarakat jepang maupun orang asing yang tinggal di jepan. Onsem bagi orang jepang sudah menjadi suatu kebutuhan untuk melepas diri dari ketegangan yang disebabkan oleh aktivitas yang mereka lakukan sepanjang hari. Disamping itu onsen ini mempunyai khasiat yang mana khasiat itu adlah dapat menyembuhkan berbagai penyaakit selain itu juga dapat untuk kecantikan dan kesehatan. Onsen juga dianggap sebagai tempat bersosialisasi yaitu tempat bertemunya individu-individu seperti keluarga, kerabat, teman sejawat atau teman lama. Disini mereka terbuka dan bebas menceritakan keadan dirinya atau orang lain. Seperti hal yang biasa dilakukan di bar, karaoke, atau sakaya (tempat minum sake/ minuman keras tradisional jepang).Seperti kita ketahui bahwa sifat individu orang jepang begitu tertutup tetapi mengapa di onsen ini mereka begitu terbuka sekali dalam berbagai hal.Item PENINGKATAN PEMAHAMAN MAHASISWA DALAM PENERAPAN KONSEP RANCANGAN EKSPERIMEN MELALUI PEMBELAJARAN BERKELOMPOK PADA MATA KULIAH BIOMETRI(2013-02-22) WULANDARI, SRIHasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, hal ini dapat dilihat dari rerata nilai tes 1 siklus I 61,44 (cukup) dan siklus II menjadi 73,57 (baik). Adanya peningkatan nilai tes tersebut dapat mengindikasikan bahwa pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan semakin baik, hal ini disebabkan pembelajaran berkelompok meiatih mahasiswa yang pandai membantu teman yang kurang pandai, saiing berbagi tugas dan bekerja sama sehingga pembelajaran lebih berpusat pada siswa, siswa menjadi lebih aktif dan mendapatkan banyak masukan melalui diskusi sehingga pemahaman mahasiswa terhadap suatu konsep lebih baik dan bermakna, yang akhimya akan bermuara kepada kenaikan hasil belajar. Menurut Ibrahim, dkk (2000) model pembelajaran berkelompok (kooperatf) dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.Item PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA KONSEP RANCANGAN EKSPERIMEN DALAM MATA KULIAH BIOMETRI(2013-02-22) SUWONDOTerjadinya peningkatan hasil belajar setelah penerapan model pembeiajaran PBL erat kaitannya dengan keterampilan berfikir mahasiswa dalam memecahkan masalah yang autentik sehingga mahasiswa aktif bekerjasama dengan kelompoknya dan memudahkan mahasiswa dalam melakukan penyelidikan, mengerjakan LKM serta membuat laporan hasil pemecahan masalah. Sesuai dengan pendapat Ibrahim (2004), bahwa PBL dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual mahasiswa. Natuna dan Yusuf (2004), menyatakan bahwa tujuan pembeiajaran PBL adalah menyajikan kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan bermakna, sehingga dapat memberikan kemudahan dalam melakukan penyelidikan dan inkuiri. Dilihat dari ketuntasan belajar individu mahasiswa, penerapan model pembeiajaran PBL memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan rancangan percobaan, sebelum perlakuan yang tuntas 70,21% dan setelah penerapan model pembeiajaran PBL siklus 1 ( 70,21%) dan ke 2 (100%) . Hal ini tidak teriepas dari kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah yang diberikan lebih kritis, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan lebih mandiri dalam memecahkan masalah . Pada saat berdiskusi mahasiswa terlihat lebih aktif dan melakukan kerja sama yang baik dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang baik pula. Akrivitas belajar mahasiswa dalam bekerja sama dalam kelompok, mengajukan pertanyaan, aktif memecahkan masalah masuk dalam katagori baik sekali.Item PENINGKATAN HASH BELAJAR GENETIKA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION ) PADA MAHASiSWA BIOLOGI FKIP UNRI(2013-02-22) DARMAWATIGenetika merupakan mata kuliah yang disajikan pada mahasiswa program studi biologi FKIP UNRI. Dari pengamatan penulis sebagai dosen pengampu mata kuliah genetika dalam proses pembelajaran ,mahasiswa kurang aktif dan kurang termotivasi untuk mempelajari dan mendalami materi genetika. Agar penguasaan materi genetika meningkat diperlukan perbaikan yang inovatif dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan model pengajaran langsimg (Direct Instruction). Keimggulan dari model pengajaran langsung adalah dapat membuat pengajaran lebih jelas dan konkrit, pengajaran lebih menarik ,mahasiswa dirangsang aktif untuk mencoba melakukan sendiri, materi disajikan dalam tahap-tahap sehingga mahasiswa mudah memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari dan akan dapat diingat lebih lama. Penelitian ini di laksanakan di program studi biologi pada mahasiswa semester 4 yang mengambil mata kuliah genetika sebanyak 40 orang. Prosedur penelitian terdiri dari: tahap persiapan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.