Browsing by Author "Fatnanta, Ferry"
Now showing 1 - 18 of 18
Results Per Page
Sort Options
Item Analisa Kekuatan Daya Dukung Pondasi Tiang Berulir Dengan Jumlah Dan Jarak Pemasangan Plat Ulir Bervariasi Sebagai Metode Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang Pada Lapisan Tanah Gambut(2015-12-15) Fatnanta, Ferry; Satibi, Syawal; MuhardiSecara umum pesisir timur Sumatera merupakan daerah yang didominasi oleh lapisan tanah gambut yang relatif tebal, sehingga lapisan tanah tersebut mempunyai daya dukung rendah. Oleh sebab itu, untuk mendukung beban bangunan digunakan pondasi tiang. Tipe pondasi yang digunakan adalah cerocok. Namun saat ini penggunaan cerocok mengalami kesulitan disebabkan kayu yang digunakan untuk bahan cerocok sulit diperoleh dan melanggar peraturan lingkungan hidup. Selain pertimbangan tersebut, agar lebih ekonomis, direncanakan pondasi tiang tidak harus mencapai tanah keras. Kekuatan daya dukung mengandalkan gesekan antara permukaan pondasi dengan tanah. Untuk meningkatkan gaya gesek tersebut adalah dipasang ulir (ulir). Penggunaan pondasi tiang ulir sudah banyak digunakan untuk berbagai lapisan tanah lunak. Namun belum secara terperinci penggunaan pondasi ulir pada tanah gambut atau tanah organik. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan studi mengenai daya dukung pondasi tiang ulir di lapisan tanah gambut. Penelitian ini bersifat uji eksperimen laboratorium dengan skala full scale. Kolam pengujian dibuat ukuran 6m x 2,5m dan kedalaman 1,80 m, diisi tanah gambut. Pondasi tiang dibuat dari pipa baja diameter 6cm, tebal plat ulir 5mm. Pada setiap pondasi tiang dipasang jumlah plat ulir bervariasi, yaitu 1, 2 dan 3 plat. Dimensi plat ulir dibuat seragam, yaitu diameter 35cm. Sedangkan jarak pemasangan plat ulir adalah 20cm; 30cm dan 50cm. Penelitian dilakukan dengan hipotesa bahwa pemasangan plat ulir akan lebih meningkatkan daya dukung pondasi tiang dibandingkan pondasi tiang tanpa ulir. Namun sejauh mana pengaruh variasi jarak pemasangan dan jumlah plat ulir yang berbeda dalam meningkatkan daya dukung pondasi tiang tersebut. Ini menjadi topik penelitian yang menarik.Item Effect Of Clays Fraction To California Bearing Ratio Laboratory Test Value With And Without Soaked(2015-12-15) Nugroho, Soewignjo Agus; Satibi, Syawal; Fatnanta, FerryJn design of highway, soil bearing capacity is ve1y affecting the thickness of pavement. One of the methods to determine the soil bearing capacity in Tndonesia is CBR (California Bearing Ratio) test. The field soil conditions are soaked (saturated) and un-soaked, considering these conditions, conducted CBR testing in the laboratory on soaked and un-soaked conditions. This research aims to make comparisons between CBR soaked test resultsfor CBR un-soaked in some variation of clay content and make simple comparisons between CBR soaked for CBR un-soaked by considering the soil properties whereas can be predicted the CBR soaked value based on the CBR un-soaked test results. The results showed that there was a linear correlation between the CBR soaked and CBR un-soaked also influenced by the nature of the index (the properties of the soil). The maximum value ofCBR ranges of30-40 percent clay contentItem Kajian Kekuatan Daya Dukung Pondasi Tiang Berulir (Helical Piles) Sebagai Metode Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang Pada Lapisan Tanah Lunak di Pesisir Provinsi Riau(2016-02-10) Fatnanta, Ferry; Satibi, Syawal; MuhardiSecara umum topografi Provinsi Riau merupakan daerah dataran rendah dan agak bergelombang dengan ketinggian pada beberapa kota yang terdapat di Wilayah Provinsi Riau antara 2 – 91 m diatas permukaan laut. Daerah tersebut didominasi oleh lapisan tanah lunak. Oleh sebab itu untuk mendukung beban bangunan diperlukan . Kebanyakan tipe yang digunakan adalah cerocok. Namun pada saat ini penggunaan cerocok mengalami kesulitan disebabkan kayu yang digunakan untuk bahan cerocok melanggar peraturan lingkungan hidup. Supaya lebih ekonomis, pondasi tiang direncanakan tidak harus mencapai tanah keras. Jadi kekuatan daya dukung mengandalkan kekuatan geser antara permukaan pondasi dengan tanah. Pada pondasi tiang konvensional, permukaan pondasi relatif halus, sehingga kekuatan gesek antara permukaan pondasi dengan tanah tidak signifikan. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan geser tersebut adalah dipasang plat helik (plat ulir). Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan kajian mengenai daya dukung Berulir (Helical Pondasi tiang) pada tanah lunak daerah pesisir Propinsi Riau. Kajian tersebut meliputi kinerja berulir secara tunggal (single pondasi tiang) maupun secara kelompok (group pondasi tiangs). Pada penerapan berulir pada tanah lunak masih meninggalkan beberapa gap informasi yang belum terjawab, yaitu seberapa besar konstribusi peningkatan kekuatan daya dukung berulir apabila dibandingkan biasa (tak berulir) pada lapisan tanah lunak di daerah Provinsi Riau; apakah penempatan dan jumlah helical bearing plate yang telah dilaksanakan selama ini sudah optimal, dan bagaimana pengaruh perbedaan dimensi helical pada satu pondasi tiang terhadap kekuatan daya dukung helical pondasi tiang axial tekan pada tanah lunak. Kontribusi penelitian tersebut adalah memberikan alternatif pemilihan pada tanah lunak kepada para konsultan atau kontraktor; memberikan solusi pengganti cerocok kayu dan sebagai rujukan untuk pemanfaatan tiang pancang, dalam pengembangan serta penggunaannya sebagai salah satu solusi permasalahan yang terjadi pada tanah lunak. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut di atas, maka pada studi ini disusun suatu metodologi penelitian sebagai berikut. Pertama dibuat kolam pengujian yang diisi dengan material lapisan tanah lunak yang diambil dari kawasan pesisir Provinsi Riau. Kedua, dibuat pondasi tiang helical dengan 1, 2 dan 3 helix. Jarak helix dibuat variasi 1,5D dan 2D, dimana D diameter helix terbesar. Diameter helix dibuat bervariasi, pondasi tiang dipasang helix diameter sama, diameter terkecil dan diameter terbesar serta pondasi tiang dipasang diameter diameter bervariasi. Pemasangan helix, diletakkan pada bagian atas pondasi tiang dan bagian bawah pondasi tiang secara bergantian. Tahap 1 dilakukan uji tekan dan tarik untuk menentukan kapasitas daya dukung pondasi tiang helical tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian plat ulir dapat meningkaatkan daya dukung tiang mencapai 2,90 – 5,65 kali lebih besar dibandingkan tanpa plat ulir. Pemberian plat ulir memberikan peningkatan daya dukung, namun masih dipengaruhi oleh penempatan jarak plat ulir. Jarak makin rapat, 20cm memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan oleh jarak 50cm atau 30cm. Secara umum, diamater plat lebih besar diharapkan memberikan daya dukung lebih besar. Kondisi sama juga terjadi pada pondasi tiang tipe LLL-30cm memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan tipe LMS-30cm. Karena luas plat LLL lebih besar dibandingkan tipe LMSItem Kapal Fibreglass Sebagai Alternatif Pengganti Kapal Kayu 3 Gross Tonnage (GT)(2015-12-17) Fatnanta, Ferry; Rengi, Pareng; Bathara, Lamun; Usman; Nasution, PolarisDi Propinsi Riau terjadi penurunan jumlah armada kapa/ kayu berukuran 3 GT Permasalahan ini disebabkan industri kapal kesulitan memperoleh bahan baku kayu untuk pembuatan dan perbaikan kapal. Kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengakibatkan banyak ditemukan kapal tidak bisa beroperasi karena bagian konstruksi mengalami kerusakan, dan tidak dapat digunakan. Pemerintah telah memberikan kapal bantuan berbahan fiberglass, namun kapal bantuan ini menimbulkan permasa/ahan. Masyarakat menganggap spesifikasi dan karakteristik kapal bantuan tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat dan lingkungan perairan setempat. Kondisi ini terbukti, armada tersebut hanya sebagian kecil yang masih dapat dioperasikan.Karena alasan tersebut di atas, di/akukan perencanaan kapal fiberglass 3 GT yang disesuaikan terhadap kondisi perairan, fungsi dan keinginan masyarakat tanpa merubah karakteristik kapal yang biasa digunakan oleh masyarakat. Perencanaan kapal fiberglass 3 GT diharapkan menjadi solusi yang bijaksana dalam peningkatan stebiliies perekonomian masyarakat perairan dan kepulauan. Terdapat tiga kriteria pertimbangan dalam menentukan kapal fibreglass sebagai kapal alternatif pengganti kapal kayu 3 GT, yaitu kondisi perairan, teknik dan ekonomis. Kriteria tersebut dikembarigkan menjadi beberapa subkriteria. Data kriteria kapal diperoleh melalui studi literatur, survey ke lapangan dan wawancara terhadap responden. Daerah tujuan survey sebanyak enam kabupaten di Propinsi Riau. Untuk analisa pemilihan kriteria yang dominan pada perencanaan kapal fibreglass 3GT digunakan AHP (Analysic Hierarchy Process). Sesuai hasil analisa AHP diperoleh lima kriteria kapal dominan untuk acuan dalam perencanaan adalah kecepatan arus, topografi, kedalaman, lambung timbul dan draft (sarat). Sedangkan hasil pengukuran kapal kayu pada enam kabupaten di propinsi Riau digunakan sebagai acuan ukuran utama kapal fibreglassItem Karakteristik Kimia, Fisis dan Mekanis Abu Dasar dalam Aplikasi Geoteknik(2015-12-15) Muhardi; Fatnanta, Ferry; Maharani, Mei SarahAbu dasar adalah sisa hasil proses pernbakaran batu bara yang bcrada pada dasar tungku, rnerupakan limbah. Perbedaan perlakuan terhadap batu hara rnernbuat variasi kandungan dari abu batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui karakteristik kirnia dan tlsis abu dasar untuk dimanfaatkan dalarn aplikasi geoteknik dan melihat pengaruh terhadap pertambahan waktu pada 7, 28 dan 56 hari terhadap karakteristik mekanis. Pengujian kornposisi kirnia dilakukan unluk rnengetahui kandungan kimia yang berpcran dalam reaksi pozzolan selarna masa perneraman. Hasil pcnguiian karakteristik fisis rnenunjukkan bahwa abu dasar mcrniliki kemiripan periluku seperti pasir. Terjadi perubahan scperti pengurangan nilai permeabilitas. angka pori. dan indeks pernarnpatan seiring dengan bertambahnya waktu, Selain itu terjadi peningkatan waktu konsolidasi. sudut gcscr. kohesi. dan nilai CBR seiring dengan bertambahnya waktu pemeramanItem Karakteristikst Abilitas Pemecahg Elombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam(2015-12-15) Fatnanta, Ferry; Pratikto, Widi Agoes; Armono, Haryo Dwito; Citrosiswoyo, WahyudiStruktur pemecab gelombang merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah abrasi. Pantai merupakan daerah yang relatif sedikit memiliki material batuan sehingga jenis material pemecab gelombang harus menjadi pertimbangan utama. Kelebihan penggunaan kantong pasir sebagai pemecah gelombang adalab dapat dimanfaatkannya material setempat. Atas pemikiran tersebut, dilakukan penelitian mengenai perilak:u stabilitas pemecah gelombang kantong pasir tipe tenggelam. Permukaan kantong pasir relatif halus sehingga gaya gesek antar kantong (interlocking) relatif kecil. Sesuai fenomena tersebut, dilakukan kajian parameter yang berpengaruh terhadap stabilitas susunan kantong pasir. Parameter tersebut adalah kemiringan susunan, bentuk dan susunan kantong pasir. Penelitian ini bersifat eksperimental model fisik 2-D, dilak:ukan di kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, ITS Surabaya. Skala model yang digunakan adalah l : 10. Kantong dibuat menjadi dua bentuk, Bl dan B2. Kemiringan model dibuat menjadi dua tipe, 1: 1,5 dan 1: 2,0, lebar puncak ditentnkan 60 cm. Gelombang teratur (reguler) digunakan pada penelitian ini, periode gelombang ditentukan 1,5 detik, sedangkan tinggi gelombang disesuaikan dengan tingkat stabilitas susunan kantong pasir. Hasil pengujian menunjukkan bahwa respon susunan kantong pasir dipengaruhi oleh gaya gesek antar kantong. Stabilitas susunan kantong pasir dipengaruhi perubaban gaya gelombang sebagai akibat perubaban kemiringan dan perubahan luas penampang, seperti jenis susunan dan bentuk kantongItem Local Correlation Of Hand Cone Penetrometer Test To Field California Bearing Ratio Test For Pekanbaru Soils(2015-12-15) Nugroho, Soewignjo Agus; Fatnanta, Ferry; Satibi, SyawalPrior to the construction of a highway, inspection of base soil bearing capacity is required. Bearing capacity of base so.il determines the design thickness of a highway pavement. Several field methods are available to determine the base soil bearing capacity such as Dynamic Cone Penetrometer (DCP) and Hand Cone Penetrometer (HCP) and field California Bearing Ratio (field CBR). In practice, the design of pavement is commonly based on the California Bearing Ratio test. Correlations between the results of DCP to CBR tests are available. However, as far as can be found in literature, correlation between HCP to CBR test results is hardly found. This research was performed to study local correlation between HCP tests, which is simple and fast to conduct, to the field CBR value. The local correlation is determined based on comparisons of HCP and CBR test results for the same density of soil taken from several locations in Pekanbaru city, Indonesia. It was found that there is an approximate linear relation between HCP test results to CBR values for a certain density of soil.Item Penerapan Test Konsolidasi Metoda Constant Rate Of Strain (Crsconsolidation Test) Pada Tanah Gambut Berserat(2015-12-15) Fatnanta, FerryStudi mengenai penentuan strain rate pada test konsolidasi metoda CRS telah dilakukan pada tanah lempung yang mempunyai plastisitas yang berbeda-beda. Disamping itu juga, studi konsolidasi metoda CRS untuk tanah lempung organik dengan kandungan kadar organik mencapai 45%juga telah dilakukan. Sampai saat ini belum pernah dilakukan studi pemakaian metoda CRS untuk tanah gambut berserat dimana pada tanah gambut berserat kandungan tanah organik mencapai lebih dari 75%. Oleh karena itu dalam penelitian dicoba untuk menerapakan test konsolidasi metoda CRS pada tanah gambut berserat. Permasalahan yang dibahas dalam studi ini adalah bagaimana pengaruh kecepatan perubahan angka pori terhadap perilaku pemampatan tanah gambut berserat pada test konsolidasi metoda constant rate of strain. Dalam studi ini, sampel tanah bersifat undisturbed diambil dari desa Pekantua, Kec. Tempuling Kab. Indragiri Hilir, Riau. Pada test konsolidasi metoda CRS, kecepatan perubahan angka pori yang dipilih adalah 0.4; 0.2; 0.05; 0.02 dan 0.01 per menit; dengan jumlah sampel 10 (sepuluh) buah, masing-masing 2 (dua) sampel. Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel dapat diklasifikasikan sebagai gambut berserat (hemic) dengan kandungan abu rendah tingkat keasaman tinggi dan daya serap air tinggi. Pada test konsolidasi metoda CRS, kecepatan perubahan angka pori berpengaruh pada perioda pengetesan, tegangan air pori pada dasar sampel (UB) serta tegangan effektif (σ’) yang terjadi. Secara umum bentuk kurva e vs logσ’ adalah landai (flat) pada tegangan efektif kecil (< 10 kPa) berubah curam pada tegangan efektif besar (>10kPa). Disamping itu, pada kurva e vs log σ’ menunjukan bahwa semakin besar harga kecepatan perubahan angka pori, kurva semakin menggeser ke kiri, hal ini disebabkan tegangan air pori (UB) yang terjadi makin besar sehingga tegangan effektif (σ’) yang terjadi makin kecil untuk perubahan angka pori yang sama. Pada kurva normalisasi angka pori awal e/eo vs logσ’ terlihat bahwa bentuk kurva hampir berimpit satu sama lain, jadi kecepatan perubahan angka pori tidak berpengaruh pada bentuk kurva.Item Pengembangan Model Pengembangan Peramalan Intrusi Air Laut di Estuari Menggunakan Pendekatan Softcomputing(2012-10-25) Suprayogi, Imam; Fatnanta, FerrySalah satu komponen penting pengelolaan sumberdaya air adalah wilayah estuari. Menurut Triatmodjo (1999) muara sungai dapat diartikan sebagai estuari, yaitu bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pasang surut adalah gerakan yang bersifat periodik dan menimbulkan debit aliran yang besar, sehingga gerakan air di estuari juga berubah-ubah secara periodik mengikuti irama pasang surut. Arus pasang surut mempengaruhi pergeseran salinitas dan kekeruhan (sedimen suspensi) di sepanjang estuari, yang bergerak ke hulu pada waktu air pasang dan ke hilir pada waktu surut. Aliran air laut ke estuari disertai dengan transpor massa garam. Proses masuknya air laut ke estuari dikenal dengan intrusi air laut. Jarak intrusi air laut sangat tergantung pada karakteristik estuari, pasang surut, dan debit sungai. Semakin besar tinggi pasang surut dan semakin kecil debit sungai semakin jauh intrusi air laut atau sebaliknya. Transpor garam di estuari terjadi secara konveksi dan difusi. Secara konveksi artinya garam terbawa (terangkut) bersama dengan aliran air (karena terpengaruh kecepatan aliran). Transpor secara difusi terjadi karena adanya turbulensi dan perbedaan kadar garam di suatu titik dengan titiktitik di sekitarnya, sehingga kadar garam akan menyebar ke titik konsentrasi yang lebih rendah. Kedua macam transpor yang terjadi secara bersamaan (konveksi dan difusi) disebut dengan dispersi.Item Pengembangan Model Pengembangan Peramalan Intrusi Air Laut di Estuari Menggunakan Pendekatan Softcomputing(2015-07-07) Suprayogi, Imam; Fatnanta, FerryAir merupakan sumberdaya alam karunia Allah SWT, yang sangat dlperlukan oleh tnanusia sepanjang masa dan menjadi bagian hidup dari kebutuhan dasar manusia yang sangat penting. Semua kegiatan kehidupan rnanusia dari kebutuhan pangan hingga pertumbuhan industri memerlukan air dengan jumlah yang cukup dan dengan kualitas sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian air tidak hanya diperlukan sebagai bahan kebutuhan pokok untuk kehidupan tetapi juga diperlukan sebagai komoditi ekonomi (Isnugroho, 2002).Item Perbaikan Tanah Lunak Di Pesisir Riau Dengan Metoda Kolom Dari Campuran Abu Terbang Dan Abu Dasar(wahyu sari yeni, 2017-07-22) Muhardi; Fatnanta, Ferry; Satibi, SyawalPosisi Propinsi Riau yang berada di daerah pesisir dan dataran rendah menyebabkan sebagian besar daerahnya mempunyai tanah dasar yang lunak, umumnya berupa endapan lumpur, lanau, lempung dan gambut dengan perilaku yang bervariasi. Selain itu, semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan menimbulkan masalah dalam pembangunan konstruksi. Salah satu diantaranya badan jalan yang harus dibangun di atas tanah lunak. Masalah yang timbul pada badan jalan yang dibangun di atas tanah lunak diantaranya terjadi kerusakan dini pada struktur akibat kelongsoran dan penurunan pondasi (kegagalan daya dukung). Agar konstruksi yang dibangun di atas tanah lunak tidak terganggu kestabilannya, maka perlu dilakukan perbaikan. Diantara metode-metode perbaikan tanah yang sedang berkembang saat ini, salah satunya adalah dengan membuat kolom-kolom seperti tiang pancang. Metoda kolom merupakan kolom-kolom vertical dari batu atau pasir, semacam tiang-tiang pancang tetapi dari bahan-bahan lepas tanpa bahan pengikat semen atau lainnya yang dipadatkan. Saat ini penggunaan batubara di perusahaan-perusahaan besar pulp and paper di Pro[insi Riau semakin meningkat volumenya, karena harga yang relatif murah dibandingkan bahan bakar minyak untuk industri. Penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti BBM, disatu sisi sangat menguntungkan namun disisi yang lain menimbulkan masalah, salah satunya adalah banyak menghasilkan limbah abu batu bara yang tidak termanfaatkan. Kalangan industri hanya menimbun sisa pembakaran batubara ini dalam areal pabrik. Hal ini lama kelamaan menimbulkan masalah semakin terbatasnya lahan untuk penumbukan polutan padat tersebut. Dari hasil pengujian pembebanan pada tanah gambut, terjadi peningkatan kekuatan daya dukung tanah gambut setelah diperkuat dengan kolom fly ash dan bottom ash. Semakin besar diameter kolom yang digunakan dengan jarak spasi yang sama, daya dukung kolom tersebut semakin besar. Semakin rapat jarak antar kolom (spasi) yang diuji, daya dukung kolom tersebut semakin besar. Membandingkan hasil pengujian pola segitiga dengan pola segiempat yang digunakan, daya dukung kolom yang ditanam dengan pola segitiga lebih kecil daripada yang ditanam dengan pola segiempat. Kolom yang menggunakan pola segitiga lebih stabil daripada kolom berpola segiempat terhadap beban dinamik. Hasil pengujian kolom dari campuran fly ash dan bottom ash ini membuktikan bahwa spasi dan diameter pemasangan kolom pada tanah lunak menentukan besarnya area replacement rasio. Semakin besar spasi maka area replacement ratio akan menjadi semakin kecil, sedangkan semakin besar diameter kolom, maka area replacement ratio akan semakin besar. Semakin besar area replacement ratio maka kenaikan atau perbaikanyang terjadi pada tanah lunak semakin besar.Item Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam(2015-12-15) Fatnanta, Ferry; Pratikto, Widi Agoes; Armono, Haryo Dwito; Citrosiswoyo, WahyudiPemecah gelombang merupakan salah satu struktur pantai yang digunakan untuk mengatasi permasalahan abrasi. Namun sering sulit ditemukan material batuan di lokasi tersebut, maka penggunaan kantong pasir sebagai pemecah gelombang menguntungkan karena menggunakan material lokal. Sehingga permasalahan suplai material batuan dapat terselesaikan. Pengaman pantai yang berwawasan lingkungan sangat diperlukan untuk mengamankan pantai tanpa merusak pemandangan pantai. Oleh sebab itu penelitian ini melakukan studi mengenai perilaku stabilitas pemecah gelombang kantong pasir tipe tenggelam. Penelitian ini berbentuk pengujian model fisik 2-D skala lab, yang dilakukan di Flume Tank Laboratorium Jurusan Teknik Kelautan, ITS Surabaya. Pada uji stabilitas menunjukkan bahwa respon kantong pasir dipengaruhi oleh elastisitas kantong pasir, sedangkan elastisitas kantong pasir tergantung pada dimensi kantong dan kepadatan kantong. Ukuran kantong berpengaruh terhadap zona jepitan, dimana zona jepitan ini dipengaruhi oleh perbandingan panjang dan tebal kantong. Perilaku deformasi kantong pasir tergantung pada elastisitas kantong. Sesuai hasil pengujian. deformasi kantong pasir tergantung pada gaya yang bekerja pada kantong, jadi deformasi kantong dipengaruhi oleh kemiringan dan luas penampang kantong, sebagai akibat perubahan bentuk kantong dan jenis susunan. Jen is susunan SKI mempunyai stabilitas relatif tinggi; struktur dengan kemiringan landai lebih stabil, dan bentuk kantong Bl lebih stabil dibandingkan bentuk B2 untuk susunan yang sama.Item Permodelan Koefisien Gelombang Transmisi Pada Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam(2015-12-15) Fatnanta, FerryAbstract: There are some conditions and problems in coastal engineering that can't be solved by mathematical analysis. One of the ways to overcome these problems by using empirical equation. The physical modelling is a method to understand the hydrodinamis characteristic. The relationship between transmission waves and test variable can be modelled empirically. Since the equations are empirically, hence to realize the model is required a tool. In accordance with the .relationship characteristic of the transmission waves and sandbag breakwater, in this study regression analysis were used as a tool.In the rubble mound breakwater, Dn50 are parameters which are often defined as the independent variable. On the sandbag breakwater, Dn50 relatively constant value. The shape and arrangement of sandbags, width crest, slope and freeboard are a parameter that can be used as the test variable. A Statistical analysis showed that the In( ~t - I) nonlinear model is a suitable model to describe the characteristic of wave transmission at the submerged breakwater types of sand bagsItem Prakiraan Nilai Kuat Geser Tanah Lunak Berdasarkan Pengujian Mackintosh Probe (214G)(2015-12-17) Fatnanta, Ferry; Nugroho, Soewignjo Agus; Rosyida, HawnarPenyelidikan tanah di lapangan dilakukan untuk mendapatkan analisis geoteknik yang baik dan benar. Berbagai macam alat pengujian dirancang untuk mempermudah pekerjaan penyelidikan, salah satunya adalah Mackintosh Probe. Namun pengunaan Mackintosh Probe kurang popular di Indonesia. Alat ini mempunyai kelebihan seperti: mudah digunakan, ringan, tidak memerlukan kalibrasi, dan memerlukan biaya yang relatif murah bila dibandingkan dengan pengujian kekuatan tanah yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan prakiraan nilai kuat geser tanah lunak berdasarkan pengujian Mackintosh Probe, yaitu dengan membuat nilai korelasi antara pengujian Mackintosh Probe dengan pengujian vane shear lapangan (Su)· Pengujian dilakukan sebanyak 35 titik, pengujian lapangan dilakukan di Kab. Siak, Rian, dengan lokasi menyebar pada beberapa desa yang terletak tidak jauh dari sungai. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai pengujian Mackintosh Probe berbanding lurus dengan nilai Su, apabila nilai Mackintosh Probe besar, maka nilai Su juga meningkat. Persarnaan yang diperoleh yaitu untuk tanah very soft (< 15 blow/ft), Su= 0,64.MP + 15,35, soft (15:5 MP <33 blow/ft), Su= 0,94MP + I 0,88 dan medium (33:5 MP <72 blow/ft), Su= 0,63MP + 19,75, dimana nilai MP f. 0Item Respon Gelombang Terhadap Perubahan Freeboard dan Geometris Pada Pemecah Gelombang Kantong Pasir(2015-12-17) Fatnanta, Ferry; Pratikto, Widi Agoes; Wahyudi; Armono, Haryo DwitoStruktur pemecah gelombang merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah abrasi. Pantai merupakan daerah yang relatif sulit ditemukan material batuan, sehingga jenis dan volume material pemecah gelombang harus menjadi pertimbangan utama. Penggunaan kantong pasir sebagai pemecah gelombang tipe tenggelam merupakan salah satu penyelesaian masalah tersebut. Kelebihan kantong 'pasir adalah dapat memanfaatkan material setempat dan mampu mengatasi kesulitan penyediaan material batuan. Na mun permukaan kantong pasir relatif halus sehingga mempunyai peri laku hidrolis yang berbeda dibandingkan material batuan. Atas pemikiran tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku transmisi gelombang pemecah gelombang kantong pasir. Penelitian ini bersifat eksperimental model fisik 2-D dilakukan di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan - FTK, ITS Surabaya. Susunan pasir relatif kedap air, sehingga tidak terjadi internal flow. Oleh sebab itu parameter struktur pemecah gelombang yang berperan dalam proses transmisi adalah lebar puncak, kedalaman relatif, kemiringan, bentuk dan susunan kantong pasir. Parameter gelombang yang ditinjau adalah tinggi dan periode gelombang, dan jenis gelombang yaitu regular dan irregular. Hasil pengujian transmisi menunjukkan parameter kedalaman relatif d/h, tinggi gelombang relatif Hi/gT2 dan lebar puncak relatif Bw/gT2 merupakan faktor berpengaruh terhadap proses transmisi. Sedangkan faktor kemiringan dan susunan kantong ku rang berperan.Item Respon Gelombang Terhadap Perubahan Freeboard dan Geometris Struktur Pemecah Gelombang(2015-12-15) Fatnanta, FerryPermasalahan muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai yang terutama disebabkan oleh aktivitas gelombang laut. Salah satu metode menanggulangi erosi pantai adalah penggunaan struktur pemecah gelombang. Namun struktur pemecah gelombang tipe armour stone atau beton tidak ekonomis apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai berpasir yang terpencil serta terbatas fasilitas infrastrukturnya maupun sumber material konstruksi. Pada umumnya jenis tanah pantai merupakan hasil sedimentasi sungai-sungai yang bermuara di pantai tersebut. Sesuai sifat fisik tanah sedimen, jenis tanah di daerah pantai merupakan tanah pasir sampai lanau (sandy to silty soils) sehingga jarang ditemukan sumber material batu pada daerah itu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diusulkan pemecah gelombang dengan kantong pasir. Pada saat ini penggunaan kantong pasir dalam rekayasa pantai sebagai submerged artificial reef untuk surfing area pada daerah pariwisata serta revetment pada tebing pantai (on shore) namun informasi mengenai karakteristik transmisi gelombang kantong pasir masih sangat sedikit (Pilarczyk, 2000) serta belum secara lengkap dan jelas diperoleh informasi mengenai stabilitas struktur tersebut. Dengan demikian diharapkan penelitian ini akan diperoleh pertama mengenai bentuk perumusan model hubungan koefisien transmisi gelombang sebagai fungsi variabel pengujian yaitu tinggi dan periode gelombang datang, free board, lebar puncak penahan gelombang kantong pasir tipe tenggelam. Penelitian ini merupakan eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut Teknik Lautan Fakultas Teknologi Kelautan ITS. Pengujian ini bersifat 2 dimensi (2-D). Bentuk kantong pasir dibuat menjadi 2 tipe yaitu bentuk guling, B1 dan bentuk bantal, B2. Dimensi kantong adalah panjang 16,5cm dan diameter 10cm untuk kantong jenis B1, sedangkan kantong B2 mempunyai ukuran lebar 14cm, panjang 17cm dan tebal maximum kira-kira 5,0cm. Berat volume pasir adalah 1537 kg/m3, ditentukan skala model adalah 1 : 10, maka berat model adalah 1,85 kg. Gelombang yang digunakan adalah gelombang reguler dan irreguler untuk pengujian transmisi. Pada pengujian transmisi, rentang periode gelombang antara 1.00 – 2.00 detik, sedangkan tinggi gelombang antara 5cm – 16cm. Untuk gelombang irreguler dipakai Jonswap.Item Tahanan Cabut Tulangan Bajapada Tanah Berpasir(2016-03-07) Fatnanta, Ferry; Muhardi; Putra, HadiyanPertama kali metode perkuatan tanah tersebut menggunakan potongan logam sebagai perkuatan tanah pada struktur perkuatan tanah. Jenis teknik perkuatan tanah tersebut sangat cocok digunakan pada struktur dinding penahan tanah, struktur jalan, fondasi jembatan dan perbaikan lereng. Penggunaan tulangan baja sebagai perkuatan tanah menunjukkan bahwa selain struktur lebih stabil dan pemasangan lebih mudah, namun juga mampu mengurangi deformasi dalam arah vertikal dan lateral. Pasir bergradasi baik (SW) digunakan pada studi ini. Alasan penggunaan pasir gradasi baik sebagai media uji karena pasir gradasi baik merupakan material yang seharusnya digunakan sebagai material timbunan pada dinding penahan tanah, selain alasan tersebut di atas, pasir bukan merupakan tanah kohesif, jadi kekuatan geser tanah tersebut tidak dipengaruhi oleh kadar air. Sifat studi ini merupakan pengujian skala laboratorium. Pada pengujian tahanan cabut ini menggunakan tulangan baja diameter 10mm. Pengujian tarik tulangan baja dilakukan pada arah longitudinal, arah transversal, dalam bentuk persegi dan segi tiga serta kombinasi bentuk persegi dan segi tiga. Pada setiap pengujian tarik tersebut dilakukan pada kondisi OMC (optimum water content) dan tegangan normal terhadap baja tulangan tersebut adalah overburden tanah. Dari berbagai variasi bentuk baja tulangan, hasil pengujian menunjukkan bahwa bentuk persegi mempunyai tahanan cabut yang paling besar dibandingkan tahanan cabut bentuk lainnya, sedangkan bentuk longitudinal memberikan tahanan cabut yang paling rendah.Item Time Dependence On Axial Capacity Of Driven Piles In Soft Soils (Model Test)(2015-12-17) Fatnanta, Ferry; Nugroho, Soewignjo Agus; LianaDesigning pile foundation by using static design formulae can be used to estimate the axial capacity of single pile. However, this design method does not take time variable as a factor of axial capacity into account. Both field and researches before found that there was a set-up phenomenon on axial capacity of single driven pile due to time dependent. This study is conducted to investigate time dependence on axial capacity of driven piles in soft soils by model test and compare the time dependencies, which were suggested by previous researchers. Research was conducted by load testing to the models of pile foundation that have been installed in the soft soils with various time due to driving. Similarly, results shows that the capacity of pile increases to certain extend with time after installation. Test results are interpreted by using Chin Method and Mazurkiewicz Method, and then plotted in chart of time versus ratio (Q/Q0) to show the time dependency on axial capacity. Research concludes that there is differences set-up factor according to the method that used to interpreting axial capacity. It is pointed out the set-up factor for the empirical relationship offered with the reference time is chosen to be one day.