PENGARUH KONDISI PEMOTONGAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT GURDI DAN PROSES PENGASAHANNYA
No Thumbnail Available
Date
2013-03-07
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Proses gurdi merupakan proses pemesinan yang paling sering digimakan setelah
proses bubut karena hampir semua komponen dan produk pemesinan mempunyai
lubang. Gerak makan dan gerak potong pada proses gurdi dilakukan oleh pahat
potong. Pahat gurdi mempunyai dua mata potong dan melakukan gerak potong
karena diputar oleh spindel mesin gurdi. Putaran mesin dan gerak makan dapat
dipilih dari beberapa tingkatan putaran dan gerak makan yang tersedia pada
mesin. Proses pemesinan tidak akan berlangsung terus sebagaimana yang
dikehendaki karena semakin lama pahat akan menunjukkan tanda-tanda yang
menjurus kepada kegagalan proses p)emesinan. Kerusakan atau keausan pahat
akan terjadi dan penyebabnya harus diketahui untuk menentukan tindakan koreksi
sehingga dalam proses pemesinan selanjutnya umur pahat diharapkan menjadi
lebih tinggi.
Semakin besar keausan/kerusakan yang diderita pahat maka kondisi pahat akan
semakin kritis. Jika pahat tersebut masih tetap digunakan maka pertumbuhan
keausan akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat sama sekali akan
rusak. Kerusakan fatal seperti ini tidak boleh terjadi sebab gaya pemotongan akan
sangat tinggi sehingga dapat memaksakan seluruh pahat, mesin perkakas dan
benda kerja, serta dapat membahayakan operator. Hal tersebut dapat dihindari
dengan penetapan suatu batas harga keausan yang dianggap sebagai batas kritis
dimana pahat tidak boleh digunakan.
Keausan tepi yang terjadi semakin bertambah besar dengan pertambahan
kecepatan potong untuk semua kondisi gerak makan yang digunakan. Penyebab
keausan pada pahat Ex-Gold Drill juga sama dengan keausan pahat HSS. Tetapi
karena pahat ini mempunyai sifat hoi hardness dan wear resistance yang lebih
baik akibat penambahan Co maka keausan yang terjadi relatif lebih kecil untuk
kondisi pemotongan dan benda kerja yang sama