Pengembangan Sistem Sensor Penjejak Panas Nirkabel Berbasis GIS Untuk Pendeteksi Dini Keakaran Hutan
No Thumbnail Available
Date
2013-02-21
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Salah satu problem dalam menanggulangi kebakaran lahan hutan liar adalah
monitoring terjadinya awal kebakaran dan mulainya api (Chandler 1983). Memahami
dan mengetahui daerah kebakaran, lokasi dan kecepatan membesarnya kobaran api
merupakan suatu hal yang kritis dalam menempatkan petugas pemadam kebakaran
serta untuk menghindari terjadinya korban jiwa pada personal penjaga hutan.
Investigasi kebakaran hutan termasuk penyelidikan tentang kerugian jiwa
memperlihatkan bahwa tim kebakaran hutan kurang memperoleh informasi yang cukup
dan memadai yang tepat tentang lokasi dan kecepatan penjalaran kebakaran hutan
(Rothermel 1993).
Pada penelitian ini dikembangkan suatu modul pendeieksi kebakaran hutan nirkabel
yang dapat melaporkan secara langsung ke stasiun pengamatan mempergunakan
gelombang radio (wireless). Pada modul penjejak panas akan dipergunakan sensor
suhu NTC- thermistor yang mampu mendeteksi perubahan suhu mendadak di atas
suhu ambang tertentu dan perubahan ini akan memicu modul pemancar gelombang
ISM-Band untuk mengirim telegram yang berisikan status sensor ke stasiun pengamat.
Disamping itu modul akan mencek perubahan suhu di sekitarnya setiap waktu tertentu
dan mengirimkan telegram status ke stasiun pengamatan setiap hari untuk
memastikan modul sensor masih aktif. Oleh karena topografi hutan yang akan dimonitor
terletak jauh dari pemukiman, maka modul penjejak panas yang dikembangkan akan
bersifat otonom dalam memenuhi suplai daya pengoperasiannya mempergunakan solar
sel.
Posisi setiap modul penjejak panas dengan kode Identifikasi masing-masing ditentukan
pada saat pemasangan mempergunakan GPS, dan akan dipetakan mempergunakan
Geographical Information System (GIS) untuk menampilkan lokasi titik api. Untuk
menghindari terjadinya kesalahan deteksi seperti rusaknya modul akibat panas
berlebihan serta sofusi dari terbatasnya daya pancar modul maka dikembangkan
algoritma deteksi yang memungkinkan modul sensor berinteraksi satu sama lain
membentuk jaringan kerja (network) pelaporan status kebakaran bertingkat
(redundance) ke stasiun pengamatan.
Sistem pendeteksi yang akan dikembangkan akan dipasang pada daerah endemic
kebakaran dan akan melaporkan data (telegram) ke kantor pusat pengendalian untuk
menunjukkan posisi kebakaran hutan. Dengan demikian, maka tindakan selanjutnya
untuk pemadaman hutan pada lokasi yang telah diketahui menjadi lebih mudah, serta
menghemat waktu menuju lokasi serta kerugian yang lebih besar akibat kebakaran
dapat segera diatasi.