DSpace Repository

Menanamkan Dan Menumbuhkan Kecintaan Kepada Negara Dan Bangsa Untuk Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

Show simple item record

dc.contributor.author L.N, Firdaus
dc.date.accessioned 2015-03-12T02:32:48Z
dc.date.available 2015-03-12T02:32:48Z
dc.date.issued 2015-03-12
dc.identifier.other wahyu sari yeni
dc.identifier.uri http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/6842
dc.description.abstract Nenek Moyangku Orang Pelaut. Gemar mengarungi luas somudra". Sepenggal lagu anak-anak ini pada tahun 1960-an sering dinyanyikan oleh anak-anak Sekolah Ra'yat. Sesiapa saja yang mendengar dan meresapinya dalam-dalam, niscaya akan timbul rasa kebanggaan sebagai Anak Bangsa terhadap nilai perjuangan yang sanggup mempersatukan kita hari ini. Kenapa narasi tersebut sanggup menggetarkan semangat persatuan kita? Macam-macam penjelasan yang mungkin. Satu diantaranya, boleh karena ianya mengandung nilai-nilai perjuangan suci Nenek Moyang kita dalam membangun Tamadun Nusantara yang maju dan bermarwah. Seiring dengan "ke daratnya" orang, lagu yang mengingatkan kita sebagai bangsa bahari ini mulai jarang dinyanyikan. Artinya orang sudah mulai melupakan akar budayanya. Wawasan Nusantara memandang laut sebagai satu keutuhan wilayah, dengan darat udara, dasar laut, dan tanah di bawahnya, serta seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya yang tidak mungkin dipisah-pisahkan. Jadi, ketika orang mulai "menjauhi" laut, maka mulai terpisahlah bangsa ini. Padahal melihat sejarah penyebarannya, mayoritas suku bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari satu induk, yaitu rumpun Austronesia (Bambang Budi Utomo, 2007). Kini, nuansa kebanggaan itu agaknya semakin kurang berkesan di hati anak bangsa. Kenapa bisa begitu? Boleh jadi karena ramai anak bangsa ini sudah merasa muak dengan perangai yang saban hari mereka dengar, tonton, bahkan yang mereka alami dan rasakan sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan atmosfir yang pengap dengan kemunafikan, korup, tak adil, bertele-tele dan masih banyak lagi yang menyakitkan hati. Walhasil banyak muncul sumpah serapah masyarakat sebagai buah sakit hati. Inilah biang keladi kian memudamya semangat persatuan dan kesatuan Bangsa yang kontras dengan semangat Wawasan Nusantara, sehingga semakin jarang mengungkit-ungkit soal kebesaran nilai yang mempersatukan kita itu. Apatah lagi masa lalu tidak akan mengubah nasib bangsa kita hari ini. Kebanyakan manusia Indonesia hari ini lebih memetingkan keselamatan diri sendiri dan kelompoknya ketimbang persoalan bangsa yang sarat dengan konflik tak berkesudah. Makalah ini diracik untuk mengetuk pintu hati nurani setiap anak bangsa Indonesia sempena Peringatan Hari Nusantara Tahun 201I sehingga mencuat kesadaran kolektif cinta tanah air sebagai tanah tumpah darah yang melahirkan dan membesarkannya. en_US
dc.description.provenance Submitted by wahyu sari yeni (ayoe32@ymail.com) on 2015-03-12T02:32:48Z No. of bitstreams: 1 Artikel.pdf: 9861231 bytes, checksum: 5de6debe6caea2bb665de9adfe91b5e3 (MD5) en
dc.description.provenance Made available in DSpace on 2015-03-12T02:32:48Z (GMT). No. of bitstreams: 1 Artikel.pdf: 9861231 bytes, checksum: 5de6debe6caea2bb665de9adfe91b5e3 (MD5) en
dc.description.sponsorship Makalah dibentangkan dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Nusantara Tahun 2011 dengan Tema “Melalui Hari Nusantara Kita Tingkatkan Kesadaran Bela Negara Untuk Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa Demi Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia” di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, 9 November 2011 en_US
dc.language.iso en en_US
dc.title Menanamkan Dan Menumbuhkan Kecintaan Kepada Negara Dan Bangsa Untuk Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa en_US
dc.type UR-Scientific Work Lecturer en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account